Manfaat Imunisasi Vaksin Bagi Anak-anak dan Orang Dewasa

Melakukan vaksinasi tak hanya penting di usia anak-anak, tapi juga dewasa. Seberapa pentingkah imunisasi bagi anak-anak? Menurut Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi., Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), program imunisasi yang dilaksanakan di 194 negara terbukti dapat mencegah wabah, sakit berat, cacat, dan kematian akibat penyakit menular. “Bila cakupan imunisasi rendah, maka risiko terjadi wabah pun meningkat,” papar Soedjatmiko.

Ada dua cara mencegah penyakit menular pada bayi dan balita. Pencegahan umum, seperti memberikan ASI eksklusif, makanan pendamping ASI dengan gizi lengkap dan seimbang, kebersihan badan, pakaian, mainan, lingkungan serta penyediaan air bersih untuk makanan dan  minuman.
Pencegahan spesifik dilakukan dengan memberikan imunisasi lengkap. “Karena dalam waktu 4-6 minggu setelah imunisasi akan timbul antibodi spesifik yang efektif mencegah penularan penyakit. Sehingga anak tidak mudah tertular, tidak sakit berat, tidak menularkan pada bayi dan anak lain, dan tidak terjadi wabah, atau banyak kematian,” jelas Soedjatmiko.

Penting dan Aman
Imunisasi aman untuk bayi dan balita. Imunisasi diawasi beberapa institusi resmi yang meneliti dan mengawasi vaksin di  negara tersebut. “Institusi umumnya beranggotakan dokter ahli penyakit infeksi, imunologi, mikrobiologi, farmakologi, epidemiologi, biostatistika,” kata Soedjatmiko sambil menegaskan semua negara berusaha meningkatkan cakupan imunisasi lebih dari 90 persen.

Banyak isu mengatakan, vaksin berbahaya karena mengandung bahan berbahaya, menyebabkan autis, sakit, cacat, atau kematian. Bahkan ada yang menyatakan vaksin mengandung lemak babi, dibuat dari janin anjing, babi, atau bayi yang sengaja digugurkan. “Ada juga yang menyatakan imunisasi tidak bermanfaat, karena setelah divaksin masih bisa sakit.”

Isu tersebut bersumber dari tulisan sekitar 50 tahun lalu yang berbeda jauh dengan keadaan sekarang. Teknologi pembuatan vaksin saat ini telah berkembang sangat pesat, sehingga sangat jauh berbeda dengan teknologi  pembuatan vaksin pada tahun 1950-an. Produsen vaksin saat ini menyatakan,  tidak ada vaksin yang terbuat dari nanah atau embrio anjing, babi, atau manusia.

Semua imunisasi penting, karena mencegah penyakit berbahaya. Saat ini, pemerintah baru mampu menyediakan imunisasi gratis Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Campak, DT dan TT, serta vaksin untuk jemaah haji (Meningitis). Sedangkan imunisasi yang belum disediakan pemerintah seperti Hib, Pneumokokus, Influenza, MMR, Demam Tifoid, Cacar air, Hepatitis A,  Kanker Leher Rahim (HPV), dan Rotavirus. “Semoga tahun depan anak Indonesia bisa mendapatkan imunisasi gratis Hib di Puskesmas atau Posyandu,” harap Sudjatmiko.

Reaksi Wajar
Terkadang orangtua merasa cemas, setelah diimunisasi, anak mengalami demam, bengkak, nyeri, kemerahan, atau gatal di bekas suntikan. “Semua itu reaksi wajar setelah vaksin masuk ke dalam tubuh. Ibaratnya, rasa pedas dan berkeringat setelah makan sambal adalah reaksi normal tubuh kita. Hal tersebut tidak berbahaya dan akan hilang dalam beberapa hari.”

Umumnya, keluhan tersebut akan hilang dalam beberapa hari. “Tak masalah diberi obat penurun panas atau dikompres. Berikan tiap 4 jam sesuai dosis yang dianjurkan. Pakai baju tipis, sering minum. Bila panas tinggi, boleh dikompres dengan air es. Bila panas tetap berlanjut lebih dari 2 hari, sebaiknya bawa kembali ke tempat imunisasi untuk mendapat pertolongan, pengobatan, dan pemeriksaan lebih lanjut,”
kata Soedjatmiko.

Kekebalan imunisasi tidak dapat digantikan zat lain, termasuk ASI, nutrisi, maupun suplemen herbal, karena kekebalan yang dibentuk sangat berbeda. ASI, nutrisi, suplemen herbal, maupun kebersihan dapat memperkuat pertahanan tubuh secara umum. Namun, tidak membentuk kekebalan spesifik terhadap kuman tertentu yang berbahaya. Apabila jumlah kuman banyak dan ganas, perlindungan umum tidak mampu melindungi bayi, sehingga masih dapat sakit berat, cacat atau meninggal.

Vaksin akan merangsang pembentukan kekebalan yang spesifik (antibodi) terhadap kuman, virus, atau racun kuman tertentu. Bayi dan balita yang tidak diimunisasi lengkap rawan tertular penyakit berbahaya. Setelah terbentuk, antibodi akan bekerja lebih cepat, efektif, dan efisien untuk mencegah penularan penyakit berbahaya.

Sesuai Urutan
Tentu saja, selain imunisasi, bayi tetap diberi ASI eksklusif, makanan pendamping ASI dengan nutrisi lengkap dan seimbang, kebersihan badan dan lingkungan. “Suplemen diberikan sesuai kebutuhan individual yang bervariasi. Selain itu, bayi harus mendapat perhatian dan kasih sayang serta stimulasi bermain untuk mengembangkan kecerdasan, kreativitas, dan perilaku yang baik.

Setelah imunisasi, bayi balita tidak spontan kebal terhadap penyakit berbahaya. “Perlu waktu sekitar 2-4 minggu untuk mampu melawan penyakit-penyakit tersebut. Masih mungkin bayi dan anak terserang penyakit tersebut, namun umumnya jauh lebih ringan dibandingkan dengan bayi dan anak yang tidak diimunisasi.”

Bayi balita tetap boleh diimunisasi, meskipun sedang batuk pilek ringan tanpa demam, karena iritasi atau alergi, atau diare ringan. Imunisasi yang tertunda melewati jadwal yang ditentukan tidak hangus dan tidak perlu diulang. Lanjutkan  imunisasi sesuai urutan. Setelah imunisasi lengkap di masa  bayi, masih perlu dilanjutkan usia balita, sekolah dan remaja, bahkan sampai dewasa dan usia lanjut.

Jadwal Imunisasi
1. Imunisasi Hepatitis B
Mencegah kerusakan hati akibat serangan virus hepatitis B. Bila berlanjut sampai dewasa dapat menjadi kanker hati. Vaksin hepatitis B disuntikkan di paha bayi segera setelah lahir, sebelum berumur 12 jam, untuk mencegah penularan virus hepatitis B dari ibu ke bayinya.

Banyak ibu hamil  di Indonesia tidak tahu, di dalam darahnya terdapat virus hepatitis B. Sebaiknya ibu hamil diperiksa terhadap kemungkinan terinfeksi hepatitis B, juga toksoplasma, rubella, sitomegalovirus, dan herpes.

Sebelum imunisasi, bayi baru lahir sebaiknya disuntikkan vitamin K1 pada paha yang lain. Setelah itu, vaksin hepatitis B disuntikkan  pada usia 1 bulan dan 6 bulan, dapat digabung dengan imunisasi DPT dan Hib.

2. Imunisasi Polio
Mencegah kelumpuhan akibat serangan virus polio liar yang menyerang sel-sel saraf di sumsum tulang belakang. Bila menyerang otak, dapat lumpuh seluruh tubuh dan kematian. Vaksin polio diteteskan ke dalam mulut bayi baru lahir ketika akan pulang ke rumah. Dilanjutkan umur 2, 4, 6, 18-24  bulan dan 5 tahun.

3. Imunisasi BCG
Mencegah tuberkulosis (TBC) berat pada paru, otak, kelenjar getah bening, dan tulang, sehingga menimbulkan sakit berat, lama, kematian, atau kecacatan. Vaksin BCG disuntikkan di kulit lengan kanan atas pada saat bayi umur 2-3 bulan. Reaksi yang muncul seperti timbul benjolan kemerahan, kemudian pecah, keluar seperti nanah, tanpa demam dan nyeri. Bersihkan dengan alkohol atau iodin. Koreng akan menyembuh dalam beberapa minggu. Bekasnya dapat terlihat seumur hidup.

4.Imunisasi DPT atau DpaT
Mencegah 3 penyakit, yaitu difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT disuntikkan di paha mulai umur 2 bulan, dilanjutkan umur 3-4 bulan, 4-6 bulan,  dan 18-24 bulan. Dapat digabung dengan vaksin hepatitis B dan Hib. Dilanjutkan lagi di lengan pada umur 5-6 tahun, 10-12 tahun dan 18 tahun, dengan vaksin yang isinya sedikit berbeda.

5.Imunisasi Hib dan Pneumokokus
Mencegah serangan kuman Hib dan pneumokokus yang mengakibatkan radang paru  (pneumonia), radang telinga tengah, dan radang otak (meningitis) yang banyak menimbulkan kematian atau kecacatan. Vaksin Hib dan pneumokokus disuntikkan mulai  umur 2, 4, 6, dan 15 bulan, dapat digabung dengan vaksin DPT atau DPaT.

6.Imunisasi Rotavirus
Mencegah diare berat akibat rotavirus yang mengakibatkan bayi muntah mencret hebat, kekurangan cairan, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, sehingga banyak  menyebabkan kematian. Vaksin rotavirus diteteskan perlahan ke mulut bayi mulai umur 2, 4  (dan 6 bulan), tergantung jenis vaksin.

7.Imunisasi Influenza
Mencegah serangan virus influenza yang mengakibatkan batuk pilek hebat, demam tinggi, sesak napas, radang paru,  sehingga dapat menyebabkan kematian. Vaksin influenza disuntikkan mulai  umur 6, 7 bulan, kemudian diulang setiap tahun pada balita, usia sekolah, remaja, dewasa.

8.Imunisasi Campak 
Mencegah serangan virus campak yang mengakibatkan demam tinggi, ruam di kulit, mata, mulut, radang paru (pneumonia), diare, dan radang otak, sehingga banyak mengakibatkan kematian. Disuntikkan mulai usia 9 bulan dan 6 tahun.

9.Imunisasi Cacar Air (Varisela)
Mencegah penyakit cacar air yang merusak kulit, mata, menimbulkan diare, kadang-kadang radang paru, dan keguguran bila menyerang janin dalam rahim. Disuntikkan mulai umur 1 tahun.

10.Imunisasi MMR
Mencegah serangan virus MMR (mumps, morbili, dan rubella) atau gondongan, campak, dan campak Jerman, yang dapat menyerang janin sehingga mengakibatkan keguguran atau buta, tuli, keterbelakangan mental, dan kebocoran sekat jantung bayi.
Vaksin MMR disuntikkan mulai  umur 15 bulan dan diulang pada umur 5-6 tahun. Berdasarkan 26 penelitian pakar di berbagai negara, vaksin MMR tidak terbukti menyebabkan autisme.

11.Imunisasi Tifoid
Mencegah penyakit demam tifoid berat yang mengakibatkan demam tinggi dan lama, diare atau obstipasi, radang, sampai kebocoran usus, yang dapat mengakibatkan kematian. Vaksin demam tifoid disuntikkan mulai umur 2 tahun, diulang setiap 3 tahun.

12.Imunisasi Hepatitis A
Mencegah kerusakan hati karena serangan virus hepatitis A yang dapat  mengakibatkan kematian. Vaksin hepatitis A disuntikkan mulai umur 2 tahun, diulang pada umur 2,5- 3 tahun.

13.Imunisasi HPV
Mencegah kanker leher rahim karena virus human papiloma (HPV) yang menyerang tanpa gejala sejak usia remaja, dan mengakibatkan kanker leher rahim pada dewasa. Vaksinasi HPV disuntikkan 3 kali pada remaja perempuan  mulai umur 10 tahun, dilanjutkan 1-2 bulan dan 6 bulan kemudian.

Imunisasi Dewasa
Menurut DR. dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, FINASIM, imunisasi dewasa sangat diperlukan mulai usia 19 tahun. “Vaksin saat anak-anak tidak cukup melindungi dari penyakit-penyakit saat dewasa. Meskipun penyakitnya ada yang sama, tapi ada pula yang beda. Kalaupun sama, perlindungannya tidak cukup karena antibodi ada umurnya dan pada tahap tertentu akan menurun seiring berjalannya waktu."
Apalagi jika saat anak-anak tidak dilakukan vaksinasi sama sekali, sangat rentan kena penyakit. Batas perlindungan vaksin anak-anak cukup sampai usia 19 tahun, setelah itu perlu diberikan vaksinasi usia dewasa. Pro dan kontra wajar terjadi. “Ada sebagian menganggap tidak perlu divaksin lagi setelah dewasa karena waktu kecil sudah diberikan. Contohnya, cacar, meski sudah lenyap dari muka bumi, tapi waktu dewasa diberikan lagi vaksin Varicella atau cacar air. Diberikan dua dosis, dan diberikan lagi 4-8 minggu kemudian.”

Vaksin yang direkomendasikan PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) antara lain tetanus, difteri, pertusis (Td/Tdap), Human Papilloma Virus/HPV (kanker leher rahim), varicella (cacar air), typhoid (demam tifoid), MMR (campak, gondongan, campak Jerman), influenza, pneumococcal (pneumonia), hepatitis A, hepatitis B, hepatitis A & B, meningococcal (meningitis).