Agar perut langsung langsing usai melahirkan, beberapa wanita memilih jalan pintas. Operasi caesar sekaligus operasi pengambilan lemak, alias tummy tuc. Benarkah cara ini tidak dianjurkan oleh dokter? Kenapa? Perut melar usai melahirkan selalu membuat rasa percaya diri wanita berkurang. Padahal, sudah menjadi rahasia umum bila tubuh wanita setelah melahirkan tidak mungkin kembali seperti gadis. Apalagi bila pernah melahirkan anak dengan berat badan besar, kehamilan kembar, maupun anak ketiga dan seterusnya. Boro-boro kembali langsing, yang ada perut makin tak keruan bentuknya.
Jalan pintas pun kemudian dicari, di antaranya merencanakan menjalani operasi caesar (sectio caesarea) sekaligus melakukan operasi tummy tuc. Tummy tuc , atau abdominoplasti, tak lain adalah sebutan untuk operasi membuang sebagian kulit dan lemak perut untuk menyusutkan dan memperindah perut. Tummy tuc merupakan bagian dari body contouring untuk mendapatkan bentuk perut yang lebih harmonis dan indah, sekaligus meremajakannya kembali (rejuvenate). Sayangnya, caesar plus semacam ini dari sudut pandang medis maupun estetika tidak dianjurkan.
Risiko Meningkat
Siapapun tahu, operasi caesar merupakan tindakan operasi yang cukup berisiko bagi seorang ibu. Saat dilakukan operasi, kondisi kehamilan dengan berbagai perubahan pada kondisi tubuh dan gejala-gejala persalinan membuat risiko pasca operasi meningkat. Jika harus dikombinasikan dengan operasi besar lain, seperti tummy tuc, tentu akan semakin meningkatkan risiko pasca operasi.
Dari sudut pandang kebidanan, hal ini secara tegas sangat tidak dianjurkan. Menurut dr. Febriansyah Darus, Sp.OG, spesialis obstetri dan ginekologi RS Hermina, Jatinegara, Jakarta, ada beberapa pertimbangan medis yang menyebabkan hal ini sangat tidak dianjurkan. Pertama, di bawah pengaruh hormon kehamilan (terutama progesteron), pembuluh-pembuluh darah mengalami dilatasi (pelebaran) di seluruh bagian tubuh. Kondisi ini menyebabkan risiko perdarahan pasca operasi caesar meningkat. Pada saat dilakukan tindakan kedua operasi ini, dapat membuat perdarahan yang berlebihan. Ini bisa mengancam nyawa ibu.
Selain itu, tidak semua persalinan dengan operasi caesar dilakukan dengan bersih. Pada kasus tertentu seperti kasus ketuban bocor atau terlambat lahir, risiko infeksi dari ketuban yang sudah terkontaminasi meningkat. Akibat lanjutan dari risiko infeksi, terjadi luka pasca penyembuhan yang tidak sempurna atau luka parut (scar). Dibutuhkan tindakan operasi korektif lanjutan untuk memperbaikinya.
Ketiga, risiko tindakan pasca operasi juga meningkatkan risiko terjadinya perdarahan di bawah jaringan kulit akibat pembuluh darah yang tidak terjepit sempurna. Ini akan mengakibatkan terjadinya hematoma (gumpalan darah bawah jaringan). Bila berlangsung parah, diperlukan operasi lanjutan untuk mengangkat hematoma dari bawah jaringan.
Dr. Enrina Diah, Sp.BP, spesialis bedah plastik dan kraniofasial klinik estetika Ultimo, Jakarta, juga tidak menyarankan mengombinasi operasi sesar dengan tummy tuc. “Pada dasarnya tindakan tummy tuc sendiri tidak dilakukan secara mandiri. Namun dikombinasikan dengan tindakan yang lain seperti sedot lemak,” ungkapnya. Memang tindakan tummy tuc yang hanya membutuhkan waktu sekitar 2 sampai 4 jam, dilakukan pada dinding otot dan kulit, tidak berhubungan dengan organ tubuh. Namun bukan berarti tanpa risiko. Misalnya, saat dilakukan lippo suction (sedot lemak) akan dimasukkan cairan untuk membantu mengeluarkan lemak. Memasukkan cairan pada kondisi tubuh pasca hamil yang masih banyak mengandung cairan akan berpengaruh pada organ vital seperti jantung.
Selain itu, kondisi otot perut yang masih melar juga tidak akan membuat hasil tummy tuc memuaskan. Saat tummy tuc dilakukan, termasuk dilakukan pengencangan otot rectus (otot yang melintang pada perut) dan pembuangan kulit berlebih yang memerlukan insisi secara horizontal di atas pubis. Ini tidak bisa dilakukan secara radikal karena pada dasarnya otot perut akan mengencang kembali pasca persalinan. Menurut Enrina, inilah mengapa dokter bedah estetika tidak menyarankan tummy tuc yang dilakukan sekaligus saat operasi sesar. “Selain hasilnya tidak optimal, masih harus dibebani risiko dan biaya yang semakin tinggi,” ungkap Enrina.
Sesudah ASI Eksklusif
Lantas, kapan bisa melakukan tummy tuc? Keduanya sepakat bahwa tindakan pembentukan tubuh kembali boleh dilakukan setelah sang ibu tidak dibebani tanggung jawab merawat anak dan memberikan ASI eksklusif.
Febri menyarankan para ibu untuk mengupayakan dahulu pembentukan tubuh pasca persalinan. Pada dasarnya tubuh ibu akan berubah pasca persalinan. Kondisi organ bagian dalam terutama rahim yang mengecil serta proses normalisasi hormon membuat bentuk tubuh ibu akan mengecil. Paling tidak hingga 6 minggu post partum (pasca persalinan) atau 2 sampai 3 bulan setelah melahirkan proses tersebut akan menghasilkan perubahan. “Tentu saja masih ada pertimbangan lain yang juga patut dipertimbangkan, apakah ibu memberikan ASI eksklusif. Jika memang ingin memberikan ASI eksklusif, sebaiknya tunggu sampai lewat 6 bulan pasca melahirkan,” katanya.
Pertimbangan ini diambil mengingat luka sayatan pasca tummy tuc yang sangat besar mulai dari panggul kanan ke kiri terutama bila dilakukan full tummy tuc yang melibatkan pengencangan otot perut dan pengurangan lemak dan kulit. Dengan luka sebesar itu sudah pasti ibu tidak akan nyaman untuk melakukan aktivitas merawat buah hati. Padahal, tummy tuc sendiri memerlukan proses penyembuhan sekitar 2 minggu. Meski pada teorinya hanya diperlukan bed rest dalam posisi ‘V’ selama 24 jam, namun kondisi tubuh dengan luka sayatan sebesar itu tentu tidak akan mudah melakukan aktivitas sehari-hari.
“Kalau pun pasien mendesak untuk dilakukan operasi caesar plus tummy tuc, sebaiknya ada inform concent agar pasien mengetahui sendiri risiko pasca operasi. Juga dilakukan mediasi dengan dokter bedah plastik dan dokter kandungan,” ungkap Febri mengingatkan.
Dalam inform concent juga perlu disebutkan risiko-risiko pasca tindakan seperti infeksi, perdarahan, dan scar. “Sebaiknya upayakan dahulu pengembalian bentuk badan dengan olah raga rutin pasca nifas. Dan bagi yang melahirkan dengan operasi sesar, 3 bulan setelah melahirkan untuk berolah raga berat yang melibatkan kontraksi otot perut. Lalu imbangi dengan diet yang tepat. Jika ini sudah dilakukan dan hasil kurang maksimal, baru berkonsultasi untuk melakukan tummy tuc,” lanjutnya.
Diperlukan alasan kuat untuk melakukan operasi besar yang tentunya juga berisiko besar. Berikut alasan-alasan melakukan tummy tuc untuk mengoreksi bentuk tubuh pasca melahirkan.
1. Telah melakukan olah raga dan diet namun tidak berhasil.
2. Tidak nyaman dengan bentuk tubuh.
3. Ada bekas operasi (scar) yang jelek.
4. Tidak ingin punya anak dalam waktu dekat.