Diabetes Mellitus yang khusus diderita perempuan adalah diabetes gestational (DG) yang timbul pada saat hamil. “Biasanya, gula darahnya normal sebelum hamil dan setelah melahirkan, tapi tinggi pada saat hamil. Tetap risiko untuk menjadi diabetes akan naik 8 - 10 persen setiap tahun. Jadi, kira-kira 10 tahun kemudian, ia akan menjadi DM tipe 2,” kata Dante.
Diabetes gestational tak hanya berbahaya bagi ibu hamil, tetapi juga mengandung komplikasi ke bayi. Risiko cacat janin lebih besar, ukuran bayi lebih besar, dan angka kematian bayinya juga besar. Jika ukuran bayi lebih besar, lebih dari 4 kg, maka risiko ke ibunya juga lebih besar, misalnya merusak jalan lahir pada saat persalinan dan perdarahan yang lebih banyak. Angka kematian ibu maupun bayinya pun lebih besar. “Oleh karena itu, ibu-ibu perlu memeriksa gula darahnya pada saat hamil. Semua ibu hamil dianggap memiliki faktor risiko DG, sehingga harus diperiksakan gula darahnya,” lanjutnya.
Sebagian besar teori menyebutkan, penyebab DG adalah karena insulin tidak bisa bekerja dengan normal. “Kenapa baru timbul pada saat hamil, karena ada perubahan hormon yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin, sehingga gula darah tidak bisa masuk ke dalam sel,” jelas Dante.
Faktor risiko DG biasanya berkaitan dengan riwayat keluarga dan riwayat kehamilan sebelumnya. Ada juga yang menghubungkan dengan berat badan ketika hamil. Namun, Dante menegaskan, DG bisa diobati tanpa mengganggu kehamilan. “Jangan khawatir, 100 persen DG bisa diobati. Yang paling aman dengan menggunakan insulin, yang dihentikan setelah melahirkan.”
DG biasanya hilang setelah melahirkan. Namun, sekali saja ibu menderita DG, kemungkinan hal tersebut berulang di kehamilan berikutnya sekitar 60%. “Banyak wanita yang menderita DG berkembang menjadi diabetes tipe 2 setelah beberapa tahun. Namun, perubahan gaya hidup dapat membantu mencegah diabetes setelah hamil. Ini meliputi penurunan berat badan, pengaturan pola makan, serta aktivitas fisik,” jelas Dante.