Muntah-muntah Saat Hamil Picu Plasenta Janin Bayi Berada di Bawah

Saya (29 tahun) sedang hamil 4 bulan, anak ke dua. Berbeda dengan dua kehamilan sebelumnya, sejak awal kehamilan hingga sekarang, saya mengalami muntah-muntah hebat. Semua yang saya makan, muntah dan saya pun mengalami perdarahan tiap hari. Dari kunjungan ke dokter baru-baru ini, ternyata plasenta saya ada di bawah. Oleh dokter, saya diberi obat Dubaston dan Polutran. Namun rasa obat ini malah membuat lambung saya perih. Saya juga diharuskan istirahat total di ranjang. Apa yang menyebabkan plasenta janin ada di bawah? Bagaimana menjaga agar janin saya bisa selamat sampai saatnya saya melahirkan?(Ati - Jakarta)
 Mual-mual pada kehamilan adalah normal dan kadang disertai muntah. Bila mual dan muntah berlebihan dan mengakibatkan tak ada satu pun makanan atau minuman yang dapat masuk ke dalam tubuh Ibu, keadaan ini tak normal, disebut hiperemesis gravidarum, dan perlu tindakan pertolongan segera. Dokter akan menganjurkan Ibu dirawat di rumah sakit. Ibu pun akan diberi infus untuk memasukkan cairan, kalori, dan asam amino, ataupun obat-obatan. Dua puluh empat jam pertama Ibu dipuasakan. Ibu juga akan menjalani beberapa pemeriksaan laboratorium darah dan urine.

Setelah keadaan Ibu stabil, biasanya akan dicoba untuk makan/minum, juga akan dilakukan pemeriksaan untuk menilai keadaan janin/kehamilan. Misal, pemeriksaan USG. Keluhan mual dan muntah itu disebabkan hormon HCG (human chorionic gonadothropine) dan keluhan itu biasanya akan hilang dengan sendirinya di usia kehamilan 4 atau 5 bulan.

Sedangkan bercak darah yang Ibu alami dapat disebabkan perlukaan pada mulut rahim (akibat infeksi), polip atau daging tumbuh di mulut rahim, atau perdarahan akibat letak plasenta di bawah/dekat saluran mulut rahim (kanalis servikalis). Plasenta yang terletak di bawah akan menutupi jalan lahir dan mudah berdarah.
Secara medis, plasenta yang terletak di bawah dan menutupi jalan lahir disebut placenta praevia dan biasanya terdapat pada wanita dengan banyak anak, pernah mengalami operasi pada rahim, ada mioma uteri, kehamilan kembar, atau kelainan pada plasenta (misalnya hidrops placentae). Bila telah dipastikan terdapat placenta praevia, misalnya dengan pemeriksaan USG, sebaiknya Ibu tak melakukan senggama atau pekerjaan berat yang dapat merangsang kontraksi rahim.

Selama ada perdarahan, Ibu harus dirawat di rumah sakit dan menjalani istirahat total di tempat tidur. Dokter sering memberi obat penguat kandungan, misalnya sediaan hormon progesteron dalam bentuk suntikan atau tablet minum. Pada wanita yang alergi terhadap obat-obatan itu, dapat timbul keluhan nyeri di ulu hati atau keluhan lainnya. Bila ada keluhan, segera hubungi dokter.

Plasenta akan mengalami pergeseran ke arah atas pada saat dimulainya pembentukan segmen bawah rahim (SBR), kira-kira pada kehamilan 28 minggu sampai 36 minggu (8,5 bulan). Pada kehamilan 36 minggu akan dilakukan pemeriksaan USG ulang untuk menilai kembali letak plasenta, ukuran-ukuran bayi (usia kehamilan, berat janin), dan kesejahteraan janin. Bila plasenta tetap menutupi jalan lahir, maka persalinannya akan dilakukan melalui bedah caesar.

Cara terbaik untuk mempertahankan kehamilan pada keadaan placenta praevia ialah melaksanakan semua saran yang dianjurkan dokter (misal, tak senggama, tak bekerja berat) dan berdoa pada Tuhan agar kehamilan ini dapat berlangsung normal.