Biasanya, perempuan lebih takut terkena penyakit kanker daripada hipertensi. Padahal, hipertensi memiliki bahaya berlipat-lipat dibandingkan penyakit spesifik lain. Lantas, bagaimana penanganan hipertensi pada perempuan hamil dan menyusui?
Data di Amerika Serikat menunjukkan, penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) merupakan penyebab tertinggi kematian pada perempuan AS. "Kira-kira 499 ribu kematian pada tahun 2001, lebih tinggi 87 persen daripada kematian akibat kanker," kata Dr. A. Sari S. Mumpuni, Sp.JP. Kurang waspada (ignore) terhadap pencegahan penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab peningkatan kejadian maupun kematian akibat penyakit kardiovaskular pada perempuan.
Kaum perempuan biasanya lebih waspada terhadap kanker payudara (35 persen). Yang takut penyakit kardiovaskular menjadi ancaman hanya 13 persen. "Padahal, angka kematian akibat penyakit kardiovaskular pada perempuan 6 kali lebih tinggi dibanding penyakit kanker payudara." Bahkan di negara maju seperti Amerika, penyakit kardiovaskular pada perempuan kurang populer sebelum muncul gerakan Go Red for Women tahun 2004.
Gerakan yang dimotori American Heart Foundation dan diresmikan oleh Ibu Negara AS Laura Bush ini mengajak kaum perempuan untuk sadar terhadap ancaman penyakit kardiovaskular.
MASUK ANGIN
Selain faktor perempuannya sendiri, penyakit kardiovaskular pada perempuan umumnya muncul pada usia yang lebih lanjut ketimbang pada laki-laki, sekitar 10-15 tahun lebih tua. "Rata-rata perempuan lebih tahan sakit, jadi ignore," jelas spesialis jantung dan pembuluh darah dari RS Mitra Keluarga Kelapa Gading Jakarta ini. Ketidakpekaan terhadap keluhan sakit ini disebabkan karena sebelum masa menopause, perempuan masih memiliki hormon estrogen yang berfungsi mencegah kekentalan darah serta menjaga dinding pembuluh darah tetap baik. "Nah, begitu hormon estrogen tidak diproduksi lagi, sistem perlindungan estrogen terhadap sistim darah dan tubuh akan terganggu, dan baru muncul penyakit-penyakit tadi."
Selain itu, gejala penyakit kardiovaskular umumnya juga tidak spesifik. "Kadang-kadang, keluhannya hanya seperti sakit mag, jadi tidak sampai ke dokter jantung. Diobati mag-nya saja, sampai akhirnya setelah kena serangan jantung baru ketahuan," lanjut Sari. Salah satu gejala serangan jantung adalah dada terasa sakit seperti terhimpit, terutama dirasakan saat melakukan aktivitas. "Perempuan biasanya suka menggampangkan, dan hanya menganggap maag atau masuk angin."
Padahal, lanjutnya, pemeriksaan harus spesifik. "Tidak cukup dengan EKG (elektrokardiogram), kecuali memang sudah terjadi serangan jantung. Kalau belum ada serangan, dengan EKG bisa jadi belum terlihat. Baru setelah dilakukan pemeriksaan treadmill / exercise stress test akan terlihat. Kalau masih juga belum terlihat, masih ada pemeriksaan lain. Sebaiknya konsultasi ke dokter spesialis jantung supaya tidak salah."
PENYEBAB MULTIFAKTOR
Meski lebih sering muncul di usia yang tidak muda, namun faktor risiko penyakit kardiovaskular bisa muncul sejak usia dini. "Faktor risiko ini ada yang bisa diubah, ada yang tidak. Yang tidak bisa diubah antara lain usia, jenis kelamin, dan faktor keturunan. Sementara yang bisa dikoreksi antara lain kolesterol tinggi, kencing manis, hipertensi, kurang aktivitas, merokok, dan kegemukan (obesitas)," jelas Sari.
Menurut Sari, penyakit hipertensi tergolong unik, karena penyebabnya multifaktor. Hipertensi termasuk salah satu penyakit kardiovaskular. Hipertensi dapat digolongkan ke dalam dua kategori besar, yakni primer dan sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas. Faktor-faktor yang diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer antara lain usia dan keturunan. Stres juga bisa menjadi penyebab hipertensi pada perempuan. "Terjadi perubahan tekanan darah dan laju jantung saat seseorang stres yang dikenal sebagai reaktivitas kardiovaskular. Reaktivitas kardiovaskular yang muncul untuk waktu yang cukup lama bisa mengakibatkan hipertensi dan penyakit jantung koroner (PJK)."
Sementara penyebab hipertensi sekunder misalnya pemakaian kontrasepsi oral , terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah, juga dapat diakibatkan gangguan pada organ, misalnya ginjal dan pembuluh darah ginjal. Pada pemakaian kontrasepsi oral, biasanya hormon akan meningkatkan tekanan darah. "Tekanan darah harus rutin diperiksa. Kalau tidak bisa terkontrol, sebaiknya alat kontrasepsi diganti, misalnya dengan kontrasepsi yang tidak mengandung hormon (spiral)," ujar Sari.
Secara umum, seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik = 140 mmHg atau diastoliknya =90 mmHg. Sistolik adalah tekanan darah saat jantung mengerut (memompa darah ke dalam pembuluh darah), sementara diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang (menyedot darah kembali).
Klasifikasi tekanan darah saat ini tidak membedakan jenis kelamin. Batas normal 12o mmHg (atas/sistolik) dan 80 mmHg (bawah/diastolik). "Jadi, nggak ada cerita semakin tua, tekanan darahnya boleh lebih tinggi. Kalau dulu, usia 50 tensinya 150 mmHg dianggap biasa, sekarang tidak. Dari penelitian ditemukan bahwa tensi yang lebih tinggi, akan meningkatkan risiko dan prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah," jelas Sari.