Menyikat Gigi Mencegah Sakit Gigi Berlubang pada Anak-anak

Sudahkah anak Anda menyikat giginya dua kali sehari? Ternyata, jika hal ini dilakukan secara rutin akan memberikan dampak positif bagi tumbuh kembang anak. Alangkah bahagianya hati orangtua ketika melihat Si Kecil tersenyum lebar menampakkan deretan gigi putih bersih nan rapi. Menurut Drg. Zaura Rini Anggraeni, MSD., Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PGDI), mudah sekali mendapatkan gigi yang sehat. Salah satunya dengan mengajarkan cara menyikat gigi dengan benar dan membiasakan menggosok gigi secara rutin. Lebih lengkapnya, simak jawaban komplet Rini, panggilan akrabnya mengenai seluk-beluk kesehatan gigi anak.

T: Apa manfaat menggosok gigi?
J: Menggosok gigi bertujuan untuk membersihkan mulut dari sisa makanan agar fermentasi sisa makanan tidak tersimpan terlalu lama di dalam mulut yang dapat menyebabkan plak. Sehingga menggosok gigi juga harus dilakukan dengan tepat untuk mencegah plak terbentuk dari waktu ke waktu. Selain itu, gigi juga menjadi putih dan bersih, terhindar dari bau mulut tak sedap, dan mengurangi risiko gigi berlubang yang bisa mengakibatkan sakit gigi.

T: Kapan waktu yang tepat untuk menyikat gigi?
J: Waktu yang tepat untuk menyikat gigi adalah pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dari 91,1 persen masyarakat Indonesia yang menyikat gigi tiap hari, hanya 7,3 persen yang mengikuti rekomendasi menyikat gigi di waktu yang tepat. Kebanyakan masyarakat, atau 90,7 persennya, menyikat gigi di saat mandi di pagi atau sore hari. Kebiasaan menyikat gigi di waktu yang salah inilah yang menciptakan kondisi lebih dari 70 persen masyarakat Indonesia mengalami gigi berlubang. Bahkan, data Riskesdas itu menyebutkan, setiap orang memiliki paling tidak lima gigi berlubang.

Penelitian juga membuktikan, orang yang tidak menyikat gigi pada malam hari sebelum tidur kemungkinan jumlah gigi berlubangnya bertambah dua kali lipat daripada orang yang rajin menggosok gigi pada malam hari sebelum tidur.

T: Mengajarkan anak menyikat gigi itu gampang tapi susah. Bagaimana, sih, sebaiknya mengajarkan anak menyikat gigi?
J: Sesibuk apa pun, orangtua harus menjadi contoh bagi anak. Misalnya, menggosok gigi di depan anak. Tidak hanya itu, orangtua juga harus memberikan motivasi pada anak agar anak selalu semangat menggosok giginya. Salah satunya dengan mengajak dia ke swalayan untuk memilih sikat giginya sendiri. Sikat gigi anak di swalayan, kan, banyak sekali dan lucu-lucu. Ketika anak mau menyikat giginya sendiri, berikan dia reward atau penghargaan. Dan yang perlu diperhatikan, jangan mengajak anak menyikat giginya pada saat ia dalam kondisi mengantuk.

T: Bagaimana urutan sikat gigi yang benar?
Yang penting semua permukaan bersih dengan tetap memerhatikan tiga taget area. Yakni, area di antara dua gigi atau sela gigi, area antara gigi yang merah (gusi) dan yang putih (gigi), dan area permukaan kunyah. Caranya terserah saja, bisa memutar atau vertikal yang penting seluruh permukaan tersikat mulai dari atas, bawah, kanan, kiri, dalam, dan yang lainnya. 

T: Kapan seorang anak harus mulai melakukan perawatan gigi?
J: Sebaiknya perawatan gigi dilakukan sejak dini untuk menghindari proses kerusakan gigi, seperti gigi berlubang, keropos, dan pembengkakan pada gusi. Caranya bisa mengenalkan kerusakan gigi pada anak melalui buku atau langsung memperkenalkan anak kepada dokter gigi. Misalnya, dengan mengajak anak ikut ke dokter gigi saat orangtuanya memeriksakan gigi. Selain bisa mengerti apa tugas dokter gigi, anak juga terbiasa dengan suasana ruang praktik dokter gigi, seperti peralatan yang digunakan dan suara mesin yang dipakai dokter. Jangan lupa, orangtua harus menunjukkan kepada anak sikap tenang saat pemeriksaan dilakukan agar anak tidak merasa takut dan seram.

T: Mengapa harus memeriksa gigi selama enam bulan sekali?
J: Kerusakan gigi yang terjadi di awal pada seorang anak sangatlah kasat mata. Artinya, baru bisa terlihat mata secara mikroskopis, yakni dengan bantuan alat kaca pembesar. Kerusakan kecil ini akan berubah menjadi lubang dalam kurun waktu beberapa bulan. Jika dalam beberapa bulan itu Si Anak tidak melakukan pemeriksaan sama sekali, tentunya lubang tadi jadi tak terhindarkan lagi. Itulah mengapa anak wajib memeriksakan gigi minimal setiap enam bulan sekali ke dokter gigi untuk memantau perkembangan gigi serta sebagai tindakan pencegahan dan antisipasi jika terjadi masalah. 

 Kesehatan gigi juga sangat berperan penting bagi kesehatan tubuh anak, lho. Mengapa? Karena saraf-saraf yang terdapat pada gigi berhubungan langsung dengan beberapa syaraf organ tubuhnya. Jadi, ketika gigi sakit, secara otomatis itu akan mengganggu sistem kerja saraf organ tubuh lainnya.
Program ini sedang diupayakan oleh PDGI untuk menjadi program pemerintahan dan masuk dalam program sistem penjaminan kesehatan. Sementara ini, untuk mendapatkan perawatan murah, masyarakat bisa datang ke Puskesmas terdekat. Di sana ada perawat bisa melakukan screening atau pemeriksaan. Jika dilihat ada masalah, bisa langsung diatasi. Jadi tidak perlu repot harus datang ke ahli.

Mungkin di kemudian hari, ini usul saya, di rapor anak ada hasil nilai mengenai kesehatan anak yang meliputi gigi, mata, hidung, dan telinga. Contohnya mata, di zaman sekarang kerusakan mata anak lebih cepat dibandingkan anak-anak pada zaman dulu. Hal ini mungkin dikarenakan faktor radiasi yang ada mereka dapat pada komputer, televisi, dan sebagainya. Hal-hal seperti ini sudah sepatutnya diperhatikan. 

T: Apa, sih, penyebab gigi berlubang?
J: Penyebab pertama gigi berlubang adalah kebersihan yang kurang terjaga. Sisa-sisa makanan, terlebih jika makanan yang dimakan itu manis dan lengket, yang berada di antara kuman menumpuk dan menempel pada gigi dan gusi yang kemudian kita sebut plak kuman.
Kedua, kebiasaan mengonsumsi makanan manis. Kuman akan memfermentasikan makanan yang manis dan menghasilkan asam pada mulut. Asam itu Ph-nya sangat rendah yaitu di bawah 5,5 Ph netral 7. Ph atau tingkat keasaman di bawah rata-rata bisa menyebabkan kalsium pada email, bagian yang paling keras bahkan kerasnya melebih tulang kita, larut bersama asam tadi. Dalam kondisi inilah permukaan gigi menjadi lemah dan kemudian berlubang. 

T: Bagaimana dengan anak yang suka tertidur saat sedang minum susu botol, apakah itu juga akan berdampak pada giginya?
J: Minum susu sebelum tidur memang efektif mengantar anak tidur. Namun kebiasaan itu sebaiknya dihilangkan karena berpotensi menyebabkan kerusakan pada gigi anak, salah satunya karies gigi atau gigi berlubang. Pada anak balita, kerusakan ini dikenal dengan sindroma karies botol.
Penyebab terbesar kerusakan ini adalah gula yang terdapat pada susu yang menempel di gigi anak menjadi makanan kuman di mulut. Kuman menjadi cepat berkembang biak, akibatnya permukaan email gigi lebih cepat rusak atau gigis. Jadi cara mengatasinya, jangan membiasakan anak minum susu botol hingga ia tertidur. Selain itu, biasakan anak menyikat gigi atau minimal berkumur dengan air putih setelah minum susu.

T: Bisakah gigi susu ditambal?
J: Tergantung kasusnya, kalau memang infeksinya belum sampai mengenai syaraf gigi atau masih berlubang sedikit, maka gigi bisa ditambal. Tapi, kalau sudah mengenai syaraf, gigi sudah jelas tidak bisa ditambal lagi. Apalagi kalau masa aktif gigi susu sudah akan habis (saatnya berganti ke gigi dewasa), gigi cukup dibersihkan, karena nanti juga akan copot dengan sendirinya.

T: Apa yang menyebabkan gusi berdarah?
Gusi berdarah pada anak dan orang dewasa biasanya dikarenakan gigi kurang bersih saat disikat, bukan terlalu kencang, terutama di area kedua yaitu area gusi dan gigi. Selain itu, usahakan juga menyikat gigi dengan menggunakan bulu sikat gigi yang halus dan baik. 

T: Belakangan banyak dijual kawat gigi murah yang dipakai anak remaja sebagai ‘aksesori’ yang harganya tidak mencapai Rp 100 ribu. Apakah kawat gigi ini baik untuk kesehatan gigi?
J: Ketika seseorang memakai kawat gigi, ada proseduralnya. Pada dasarnya, penggunaan kawat gigi yang benar haruslah dengan teknik yang tepat. Seperti, perekatan antara kawat dan gigi yang dibuat sehalus mungkin dan tetap licin, sehingga ketika ada makanan tertinggal pada gigi tidak ikut melekat di permukaan perlekatan kawat dan gigi. 

Hal ini berbeda sekali dengan fungsi kawat gigi yang digunakan sekadar aksesori tadi. Ketika seseorang memakai kawat gigi ‘murah’ ini, dia sama saja menempelkan benda pada giginya yang kemudian hari akan mengganggu pembersihan karena makanan berisiko tinggi tertinggal di gigi. Ketika makanan tertinggal di gigi, kuman hanya akan merusak email permukaan gigi.
Orang yang memakai kawat gigi untuk alasan yang tepat, juga punya kewajiban untuk memeriksakan (check up) gigi dan kawatnya sebulan sekali ke ahli. Di situ, ia belajar berbagai instruksi bagaimana cara membersihkan kawat dan gigi. Jadi, kawat gigi ‘murah’ ini tidak direkomendasikan sama sekali. 

T: Usia berapa seorang anak bisa memakai kawat gigi?
J: Pemasangan kawat gigi pada anak biasanya dikarenakan masalah pertumbuhan gigi yang serius. Seperti ketidakseimbangan atau perbedaan ukuran rahang dengan gigi (rahang umur enam tahun, tapi giginya besar seperti orang dewasa) sehingga menyebabkan gigi berdesakan dan tidak rata. Pada awal pergantian gigi seri hal ini memang sering terlihat terjadi. Tapi nanti secara alamiah, rahang akan tumbuh besar dengan bantuan lidah yang memberikan daya agar otot bibir membantu memosisikan gigi pada tempatnya. 

Jika hal ini terjadi karena faktor genetik (disharmoni antara ruang yang tersedia dengan ukuran gigi), perkembangan rahang tidak bisa secara alamiah. Anak perlu bantuan ahli orthodontist untuk meratakan giginya. Tapi, biasanya pun itu harus menunggu sampai gigi taring tumbuh (rata-rata terjadi di usia 12 tahun). 

Selain sebagai pemanis, gigi taring merupakan pilar, tonggak, atau landmark (posisi lengkung). Kalau letak gigi taring sudah tumbuh normal, volume gigi akan bertambah dan jika dilihat dari kasus di atas gusi pasti tidak cukup menampung semua gigi. Solusinya, salah satu gigi, biasanya yang berada di belakang taring, harus dicabut untuk memberi ruang pada gigi yang berdesakan tadi. Pencabutan gigi ini pun harus ada pengukuran dan pengaturannya. Kalau ruang yang dibutuhkan hanya sedikit, gigi tidak perlu dicabut, cukup bagian-bagian gigi tertentu saja yang dkecilkan.