Sering, kan, kita mendengar istilah Klinik Tumbuh Kembang? Dari namanya, tentulah klinik ini berkaitan dengan tumbuh kembang. Kita tahu, "tumbuh kembang" merupakan dua kata yang tak bisa dipisahkan bila kita bicara perihal anak. "Tumbuh" berarti bertambahnya jumlah dan ukuran sel. "Jadi, bila anak bertambah besar dan tinggi, berarti si anak tumbuh," jelas Dr. Iramaswaty Kamarul, SpA, di seminar Gangguan Tumbuh Kembang Pada Anak, yang diselenggarakan RSIA Hermina Bekasi, Sabtu lalu di Hotel Horison Bekasi. Dengan demikian, untuk memantau anak bertumbuh atau tidak, cukup dilihat dari kenaikan BB dan TB-nya.
Sedangkan "kembang" adalah proses pematangan fungsi sel-sel, yang berpusat di otak. Tiap anak memiliki tonggak-tonggak perkembangan sesuai tahapan usianya. Artinya, pada rentang usia tertentu, diharapkan seorang anak memiliki kemampuan tertentu. Misal, dapat duduk sendiri sekitar usia 8-9 bulan, atau bisa berjalan di usia 12-13 bulan, dan lainnya.
Ada beberapa aspek perkembangan anak, yaitu perkembangan motorik kasar (misal: tengkurap, duduk, berdiri, berjalan, lari, melompat, dan lainnya), motorik halus (contoh: menggenggam, menggunting, memegang pinsil, dan lainnya), kognitif atau kemampuan berpikir, bicara dan bahasa, sosial dan kemandirian.
GANGGUAN TUMBUH KEMBANG
Menurut Ira, orang tua sudah selayaknya bisa melihat, apakah anaknya tumbuh dan berkembang normal atau tidak. Misal, di usia 2 tahun anak belum bisa bicara dalam arti berkomunikasi. "Nah, orang tua harus gencar menanyakannya kepada dokter dan jelaskan bagaimana pengamatan si orang tua terhadap anaknya. Jangan sampai orang tua mendiamkan saja anaknya tak berkembang sesuai usianya."
Bila didiamkan, lanjut spesialis anak di RSIA Hermina, Bekasi, ini, tentu si anak akan mengalami hambatan-hambatan lain, Misal, perilakunya berubah jadi pemarah. "Karena tak mampu berkomunikasi, dia, kan, jadi tak bisa mengatakan apa yang diinginkannya, hingga orang lain pun jadi tak mengerti apa yang dia maui. Akibatnya, dia jadi gampang marah-marah."
Selain itu, proses belajarnya pun akan terhambat. Padahal kita tahu, sejak bayi lahir sudah mengalami proses belajar. Nah, dengan bertambah usia, tentu makin banyak hal yang harus dia terima dengan kemampuan bicaranya. Itu sebab, tegas Ira, anak yang mengalami keterlambatan atau hambatan harus dicari penyebabnya dan ditangani secara benar.
Menurut Ira, biasanya anak-anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang adalah bayi yang lahir dengan risiko tinggi seperti bayi lahir tak menangis. "Ini berarti si bayi kekurangan oksigen pada otaknya dan bisa menyebabkan tumbuh kembang otaknya terhambat, yang berarti juga akan menghambat tumbuh kembang anak."
Anak yang lahir dengan kelainan-kelainan tertentu juga akan terhambat perkembangannya seperti down syndrome, terutama perkembangan motorik dan kecerdasannya akan terlambat. Begitu pula anak yang mengalami cerebral palsy, dan lainnya.
PENANGANAN TERPADU
Nah, anak-anak yang mengalami masalah tumbuh kembang inilah yang akan ditangani di Klinik Tumbuh Kembang. Seperti dijelaskan Ira, "Klinik Tumbuh Kembang merupakan klinik yang melayani berbagai masalah tumbuh kembang anak, entah berupa keterlambatan ataukah gangguan tumbuh kembang." Jadi, tegasnya, klinik ini bukan untuk anak sakit ataupun poliklinik imunisasi.
Di klinik ini, anak yang mengalami masalah tumbuh kembang akan mendapat penanganan terpadu, mengingat tumbuh kembang mencakup beberapa disiplin (multidisiplin) ilmu. Dengan demikian, para ahli yang terlibat di klinik ini terdiri berbagai profesi, yakni dokter anak, dokter rehabilitasi medik, psikolog, terapi wicara, terapi okupasi, fisioterapis, orthopaedagog, dan konsultan lain seperti psikiater, dokter ahli mata anak, dokter ahli genetika, orthopedi, dan lainnya.
Dokter anak akan melihat secara keseluruhan perkembangan anak. Sedangkan dokter rehabilitasi medik akan memantau perkembangan motorik anak dan melakukan apa yang akan dilakukan untuk anak tersebut. Sementara psikolog ikut memantau perkembangan mental dan kognisi si anak atau kejiwaan dan kecerdasannya dan melakukan tes kecerdasan. Selain itu, psikolog juga perlu untuk orang tua berkonsultasi, karena tak jarang keluarga pun bermasalah, semisal ayah-ibu bekerja dan anaknya yang mengalami gangguan perkembangan memerlukan perhatian khusus.
Terapi wicara diperlukan untuk anak yang mengalami keterlambatan gangguan perkembangan bicara; terapi okupasi untuk melatih konsentrasi, menyamakan kerja penglihatan dengan kehendak otak dan berbagai rangsang otot halus, seperti melatih menulis; fisioterapi ditujukan pada anak-anak yang mengalami gangguan motorik kasar, misal, usia 9 bulan belum mampu mengangkat kepala;
Akan halnya orthopaedagog adalah guru khusus untuk anak-anak dengan gangguan perkembangan. Guru ini punya spesialisasi di bidangnya sendiri, ada yang khusus untuk mental rehabilitasi, dan sebagainya. Biasanya orthopaedagog diperlukan untuk anak-anak dengan gangguan perkembangan yang memasuki usia sekolah. Jadi, menyiapkan anak agar tidak terlalu tertinggal dengan anak-anak normal seperti melatih disiplin, menulis, dan lainnya." Misal, anak hiperaktifitas yang mendekati usia sekolah.
PROGRAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG
Jadi, tegas Ira lagi, anak yang datang ke Klinik Tumbuh Kembang adalah anak yang punya keterbatasan, berbeda dengan anak normal. "Setiap anak yang datang ke klinik ini akan diperiksa dan diseleksi oleh rehabilitasi medik. Pemeriksaan dilakukan oleh tiga ahli yaitu dokter anak, psikolog, dan ahli rehabilitasi," terang Ketua Klinik Tumbuh Kembang RS Anak & Bersalin Harapan Kita, Jakarta, ini. Karena pemeriksaan tersebut cukup makan waktu, biasanya pasien datang dengan perjanjian lebih dulu.
Setelah dilakukan pemeriksaan awal, kemudian dibuatkan program untuk si anak. Ada dua macam program, yaitu jangka pendek dan panjang. Pada program jangka pendek, dicari penyebab gangguan perkembangan si anak. Selain dilihat juga, apakah si anak perlu pemeriksaan tambahan seperti CT Scan, radiologi, laboratorium, dan sebagainya. Juga, apakah perlu konsultasi pada ahli khusus seperti psikiater, dokter mata, dan lainnya.
Kemudian, dibuatkan program jangka panjangnya untuk rehabilitasi: apakah si anak perlu melakukan terapi wicara, fisioterapi, terapi okupasi, paedagog, dan sebagainya. Setiap bulan dievaluasi perkembangan si anak untuk melihat tujuan akhir dari klinik ini, yaitu apakah sudah tercapai tumbuh kembang optimal sesuai keterbatasan si anak.
TERGANTUNG PENYEBABNYA
Biasanya, orang tua khawatir, apakah anaknya bisa kembali normal atau tidak. Menurut Ira, hal ini sangat tergantung pada keterlambatan si anak dan sumber penyebabnya. Selain juga tergantung respon si anak terhadap terapi yang dijalaninya. Jadi, sifatnya individual sekali.
Mengenai lama pengobatan, menurut Ira, bisa dibilang seumur hidup. "Gangguan perkembangan itu, kan, sifatnya bukan seperti sakit batuk-pilek, yang bila penyebabnya bisa diatasi lalu sakitnya akan sembuh." Penyebab gangguan perkembangan, terangnya, merupakan multifaktor. Itu sebab, tujuan penanganannya adalah mencapai tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan keterbatasannya.
Kalau soal biaya, "tentunya anak dengan gangguan perkembangan perlu biaya lebih banyak dibanding anak normal," ujar Ira tanpa memerincinya. Yang pasti, tiap kasus akan berbeda biayanya.
Tahapan Perkembangan 0-5 Tahun
Menurut Dra. Rahmitha P. Soendjojo dari DIA-YKAI, Jakarta, perkembangan anak dalam kondisi normal dari usia 0-5 tahun, terdiri 4 kemampuan besar, yaitu motorik, intelektual, sosial-emosional, dan komunikasi. Nah, berikut ini urutannya dari usia 0 terus berlanjut hingga 5 tahun:
1. KEMAMPUAN FISIK (MOTORIK)
Mengisap, memegang, tidur; eksplorasi terhadap tangan dan tubuh; menendang; koordinasi yang segera antara tangan dan mata; tertarik pada benda-benda bergerak, seperti mobil-mobilan atau segala yang berwarna warni di ruangan; mengulurkan tangan untuk memegang; mengunyah sesuatu sebagai usaha eksplorasi dengan mulut; mengguncang-guncang dan menendang mainan; badan turun naik kemudian duduk tegak; merayap perlahan-lahan; melambaikan atau mengayunkan tangan; berusaha bangkit untuk posisi berdiri; lebih sering belajar jalan dan terjatuh; masih kaku dalam menendang dan melempar bola; mulai dapat melakukan toilet training tapi suka lupa kalau sibuk; memegang objek dengan tangannya; menyukai permainan "mendorong" dan "menarik"; lari dengan baik dan mengikuti irama; dapat berdiri dengan satu kaki dan berdiri dengan ujung jari kaki; dapat berjalan di tangga dengan benar; senang meloncat-loncat dan loncat satu kaki; bisa berjalan mengikuti garis lurus; bisa memanjat pohon dan tangga; bisa berjalan mundur; bisa menangkap bola dengan lengan; dapat bergerak, berdiam dan berdansa mengikuti irama; bisa berpakaian sendiri tanpa dibantu orang lain; dapat menguntai manik-manik; senang bermain puzzle yang sederhana; bisa menggunakan sisir dan gunting; memberi pasta gigi ke sikat gigi (tentunya dengan latihan); serta menggunakan pensil dan krayon.
2. KEMAMPUAN INTELEKTUAL (KOGNITIF)
Merupakan tahap yang sangat konkret di mana anak mengenal prinsip "hilang dari pandangan, hilang dari pikiran" (object performance); rasa ingin tahu yang sangat terhadap segala sesuatu yang dapat dilihatnya; punya perhatian terhadap bentuk benda berukuran pendek/kecil; mampu mengingat orang-orang, tempat dan buku-buku; mampu berpikir sebelum melakukan sesuatu; lebih tertuju pada objek dan tujuan; memahami pertanyaan sederhana; dapat memahami cara pandang orang lain; kemampuan memperhatikan sudah lebih lama; mulai belajar mengurutkan dan mengelompokkan; tahu detail; bisa berpikir lebih jauh tentang suatu masalah; senang mencoba-coba; selalu bertanya, "mengapa?"; memahami kalimat-kalimat kompleks; tahu tentang waktu; senang buku-buku.
3. KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL
Tanggap terhadap belaian-ayunan dan suara-suara orang di sekitarnya; tersenyum pada bulan pertama; tertarik pada wajah-wajah orang di sekitarnya; tertarik pada binatang; bermain sendiri tapi dapat juga bekerja sama; bergantung pada orang dewasa yang dikenal; suka membantu tugas-tugas sederhana; tak mudah akrab dengan orang dewasa yang belum dikenal; memperhatikan dan melihat orang lain; secara bertahap belajar menunggu giliran dan berbagi; tahu kalau orang tua pergi pasti akan kembali; membantu menjaga kebersihan; senang membantu adik kecil; menunjukkan afeksinya; senang memilih teman, bermain dengan teman lain dan meniru teman lain; senang menolong; senang permainan sederhana dan paham tentang beberapa aturannya.
4. KEMAMPUAN KREATIF (KOMUNIKASI)
Menangis; membentuk sepatah kalimat; mengeluarkan suara-suara untuk mencari perhatian; tertarik pada gambar-gambar berwarna, musik dan nyanyian; dapat mengucapkan satu kata, seperti "mama" dan "dada"; menirukan suara hewan; perbendaharaan kata antara 20->50->200->400->1000 kata; dapat menyebutkan nama beberapa bagian dari kaki dan tubuh; biasanya pengucapan terdiri dua kata; menyukai permainan yang ramai; mampu bermain lilin mainan dan krayon tapi juga suka "memakan"nya; dapat menirukan berbagai bunyi-bunyian; menggunakan tata bahasa yang lebih akurat; banyak bertanya; bisa menyebutkan nama-nama benda; senang membuat bunyi-bunyian dari berbagai benda; dapat mengikuti irama sederhana; mengerti arti tinggi, rendah, keras dan lembut; suka irama tak beraturan; dapat mengenal warna dan menggunakannya dalam mewarnai dan melukis; senang meniru dengan menggunakan plastisin, menguntai, memasak dan lain-lain; senang boneka tapi bisa juga jadi takut dengan topeng dan badut; senang berdandan meniru orang lain; punya selera humor; bisa bercerita tentang sesuatu dengan keurutan yang benar.