Pemberian imunisasi pada anak sangat penting, karena merupakan investasi kesehatan yang sangat berharga bagi masa depan anak. Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen serupa, tidak terjadi penyakit. Jadi, imunisasi sebetulnya merupakan investasi kesehatan masa depan, karena pencegahan penyakit melalui imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh lebih murah dibanding mengobati seseorang apabila telah jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit.
Dengan imunisasi, anak juga akan terhindar dari penyakit infeksi yang berbahaya, sehingga mereka memiliki kesempatan untuk beraktivitas, bermain, belajar tanpa terganggu masalah kesehatan. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa kadar kekebalan (antibodi) yang terbentuk pada bayi lebih baik daripada anak yang lebih besar, sehingga sebagian besar vaksin diberikan pada umur enam bulan pertama kehidupan. Beberapa jenis vaksin memerlukan pemberian ulangan setelah umur satu tahun, untuk mempertahankan kadar antibodi dalam jangka waktu lama.
Menurut dr. Fita Moeslichan, Sp.A dari Brawijaya Women and Children Clinic, Jakarta, tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi), serta menghilangkan penyakit tertentu di dunia seperti pada imunisasi cacar.
Pemberian imunisasi juga akan membantu mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan, bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Data terakhir WHO menunjukkan, terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa per tahun akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, misalnya batuk rejan sebanyak 294.000 (20%), Tetanus 198.000 (14%), dan Campak 540.000 (38%).
Di Indonesia sendiri, Unicef mencatat sekitar 30.000-340.000 anak di Indonesia setiap tahun meninggal karena serangan campak. Ini berarti setiap dua puluh menit seorang anak Indonesia meninggal karena campak. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti Hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, TBC, dan lain sebagainya.
Efek Simpang
Jenis imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi pasif yang merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit yang didapat dari luar tubuh, bukan dibuat oleh kekebalan itu sendiri. “Kekebalan pasif ini biasanya tidak akan berlangsung lama, karena akan dimetabolisme oleh tubuh,” jelas Fita. Sementara kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri, dengan pajanan pada antigen seperti imunisasi atau terpajan secara alamiah. “Biasanya berlangsung lebih lama daripada kekebalan pasif karena adanya memori imunologik,” lanjutnya.
Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik atau minum (oral). Setelah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan terangsang untuk melawan penyakit tersebut dengan membantuk antibodi. Antibodi itu umumnya bisa terus ada di dalam tubuh orang yang telah diimunisasi untuk melawan penyakit yang mencoba menyerang.
Ada dua macam imunisasi yaitu imunisasi dasar yang diwajibkan dan imunisasi yang dianjurkan. “Tetapi lebih baik semuanya kedua jenis ini dilakukan,” saran Fita. Yang termasuk imunisasi dasar antara lain BCG, Hepatitis B, Polio, DPT, dan Campak. Sementara yang termasuk imunisasi yang dianjurkan antara lain Pneumococcus (PCV), Influenza, Varicella, MMR, Tifoid, Hepatitis A, HPV, HiB, dan sekarang ditambah Rotavirus.
Bagaimana dengan efek simpang paska imunisasi? “Semua imunisasi dapat terjadi efek simpang yag disebut dengan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi atau KIPI,” jelas Fita. Efek simpang bisa berupa alergi (bengkak, gatal, bentol-bentol), demam tinggi (setelah imunisasi DPT), kejang, dan kesadaran menurun.
Efek simpang imunisasi dapat disebabkan banyak faktor, dari faktor penyimpanan yang kurang memperhatikan sistem “rantai dingin” (cold chain), cara menyuntik karena ada vaksin yang harus disuntikkan ke dalam otot tapi ada juga yang ke lemak. Untuk mengurangi demam dan rasa tidak nyaman paska pemberian imunisasi, anak bisa diberikan obat penurun panas.
Yang Dianjurkan
Selain Imunisasi Dasar yang diwajibkan, ada beberapa jenis imunisasi yang dianjurkan. “Meskipun sifatnya hanya dianjurkan, akan tetapi sebaiknya tetap diberikan pada anak,” kata Fita.
Pneumococcus (Pneumococcal Conjugate Vaccine)
Untuk mencegah penyakit Invasive Pneumococcal Disease (IPD). Penyakit ini mempunyai komplikasi antara lain radang selaput otak, kecacatan hingga kematian. Vaksin PCV diberikan empat kali. Namun, pada anak umur di atas dua tahun, PCV cukup diberikan sekali.
Influenza
Imunisasi ini diberikan untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh virus Influenza. Diberikan pada umur di atas 6 bulan, setiap tahun. Vaksin ini diutamakan bagi anak yang memiliki riwayat alergi dan berdaya tahan rendah.
Varicella
Diberikan untuk mencegah penyakit cacar air. Diberikan 1-2 kali setelah umur 12 bulan dan lebih baik diberikan saat di umur sebelum masuk SD.
MMR (Measles, Mumps, Rubella)
Untuk mencegah penyakit Campak, Gondongan, dan Campak Jerman. Diberikan 2 kali, pada usia 12 bulan apabila belum mendapat vaksin campak di usia sembilan bulan. Selanjutnya, MMR ulangan diberikan pada umur 5-7 tahun.
Tifoid
Imunisasi Tifoid diberikan untuk mencegah penyakit Typhus, diberikan setiap tiga tahun sekali.
Hepatitis A
Diberikan dua kali untuk mencegah penyakit Hepatitis A.
HPV (Human Papilloma Virus)
Imunisasi ini sangat penting karena berguna untuk mencegah penyakit kanker serviks (leher rahim) yang mengancam kaum wanita. Diberikan tiga kali pada anak perempuan di atas 10 tahun.
HIB
Untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh kuman Haemophilus Influenzae type-B yang memiliki komplikasi radang selaput otak. Vaksin HiB diberikan empat kali, biasanya bersamaan dengan pemberian vaksin DPT.
Rotavirus
Merupakan imunisasi terbaru untuk mencegah diare yang disebabkan oleh rotavirus. Di Australia, pemberian vaksin rotavirus merupakan imunisasi wajib. Vaksin ini diberikan tiga kali saat bayi dengan pemberian oral drop.
Yang Wajib
Ada 5 jenis imunisasi dasar yang diwajibkan, yaitu:
BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Indonesia merupakan negara ketiga terbanyak penderita tuberkulosis (TBC). Dan, untuk mencegah TBC serta komplikasinya, berikan imunisasi BCG yang dilakukan hanya sekali seumur hidup. Imunisasi ini lebih optimal diberikan pada umur 2-3 bulan. Bila vaksin BCG akan diberikan sesudah umur tiga bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin. Bila uji tuberkulin pre-BCG tidak dimungkinkan, BCG dapat diberikan namun harus diobservasi dalam tujuh hari. Bila ada reaksi lokal cepat di tempat suntikan, perlu dievaluasi lebih lanjut. Vaksin ini harus diberikan di lengan kanan atas dan bekas suntikan meninggalkan scar (bekas luka).
Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B diberikan untuk mencegah penyakit Hepatitis B. Diberikan sesaat setelah bayi lahir dan suntikan diulang sebanyak tiga kali saat masih bayi.
Polio
Imunisasi ini dilakukan untuk mencegah penyakit poliomielitis. Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh pada salah satu tungkai bawahnya setelah demam selama 2-5 hari. Vaksin Polio diberikan lima kali, biasanya bersama DPT, dengan cara oral maupun suntik.
DPT (Diphteria, Pertusis, Tetanus)
Imunisasi ini untuk mencegah penyakit Diphteria, Pertusis (batuk rejan), Tetanus. Penyakit ini sudah jarang ditemukan, tapi bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat bisa berakibat kematian. Vaksin DPT diberikan di atas umur 6 minggu sebanyak lima kali DPT dan dua kali DT.
Campak
Imunisasi ini untuk mencegah penyakit campak atau tampek yang yang sangat menular dan dapat disebabkan oleh virus Campak. Penularannya bisa melalui udara atau kontak langsung dengan penderita. Gejala-gejalanya antara lain demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3-5 hari setelah anak menderita demam. Bercak mula-mula timbul di pipi bawah telinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya. Komplikasi penyakit Campak antara lain radang paru-paru, infeksi saluran cerna, dan radang otak. Vaksin campak diberikan dua kali, yaitu pada umur sembilan bulan dengan vaksin ulangan pada usia 5-7 tahun.