Penyebab Sakit Batuk Pilek Alergi pada Anak-anak

Batuk pilek merupakan salah satu penyakit "langganan" si kecil. Baru saja kemarin sembuh, eh sebulan kemudian terjangkit lagi. Tak perlu khawatir berlebihan, anak balita yang terpapar batuk pilek 6 sampai 8 kali per tahun atau 2 bulan sekali masih dianggap wajar. Yang tidak normal kalau sudah satu bulan sekali apalagi kalau 1 bulan 2 kali.

Frekuensi batuk pilek umumnya akan menurun sendiri seiring bertambahnya usia anak dan semakin baik sistem pertahanan tubuhnya. Tentu ini dengan catatan, bila asupan gizinya baik, waktu istirahatnya cukup dan anak tidak melakukan aktivitas berlebihan serta daya tahan tubuhnya makin kuat.

Batuk-pilek sendiri merupakan gejala di saluran napas (respiratorik), terutama saluran napas bagian atas. Secara garis besar penyebabnya ada dua, yakni infeksi dan alergi.

BATUK PILEK INFEKSI
* Penyebab: si kecil diserang jasad renik, seperti kuman, mikroba atau virus. Namun penyebab terbesar adalah virus.
* Ciri khas: demam dan tubuh pegal-pegal/ngilu (balita biasanya tidak dapat mengungkapkan gejala yang disebut terakhir).
* Rentang waktu kesembuhan: 2-3 hari dengan catatan anak diberi asupan gizi yang mencukupi, istirahat yang baik dan melakukan semi bedrest (tidak sekolah dulu, tidak main- dulu/aktivitas dibatasi).
* Pengobatan: sebenarnya bisa sembuh dengan sendirinya. Maka itu pengobatan terbaik adalah dengan cara banyak istirahat dan minum banyak serta tentu saja dengan meningkatkan daya tahan tubuh si kecil. Dr. Darmawan Budi Setyanto, Sp.A., dari Pusat Asma Anak, RSCM-FKUI menegaskan, pengobatan tebaik batuk pilek adalah dengan "mengusir" akar penyebabnya bukan gejalanya.

Jadi kalau si kecil terkena radang tenggorokan maka yang harus disembuhkan ya radangnya bukan gejala-gejala yang mengikutinya, seperti batuk berdahak, pilek dan lainnya. Berkaitan dengan itu, Darmawan kurang menyetujui pemberian obat-obatan semacam pereda batuk (antitusif) atau obat pereda flu. "Itu sama saja dengan mengusir 'dewa penolong'. Jangan lupa batuk-pilek sebenarnya adalah mekanisme tubuh untuk mengeluarkan penyakit dan mengamankan saluran pernapasan. Jadi batuk pilek itu adalah 'kawan baik' manusia. Bayangkan kalau tidak ada batuk pilek justru kita akan 'tenggelam' dalam lendir sendiri. Karena itu, cara pengobatan yang terbalik (hanya mengobati gejala dan bukan penyebabnya) adalah tidak efektif. Yang benar adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh anak sehingga mampu mengusir kuman, bakteri, virus yang masuk ke dalam tubuh!"

BATUK PILEK ALERGI:
Bila batuk pilek si kecil berkelanjutandalam artian lebih dari 3 hari belum juga sembuhkemungkinan besar batuk-pileknya disebabkan alergi.
- Penyebab: reaksi berlebihan pada saluran napas (hidung/tenggorokan) terhadap suatu pencetus (lihat boks).

WARNA INGUS
Ternyata warna ingus dan dahak memiliki arti tersendiri, yakni:
* Putih atau bening: menunjukkan sebagai awal terjadinya atau terpaparnya penyakit
* Keruh kekuning kuningan: sudah ada "pertempuran" antara antibodi dan penyakit.
* Hijau: tanda batukpilek akan sembuh. Warna hijau menunjukkan di dalam ingus/dahak terdapat bakteri, mikroba, virus yang mati.

TAK PERLU ANTIBIOTIK
Batuk pilek yang berlangsung lama terkadang membuat khawatir orangtua (terlebih yang belum memahami bahwa kebanyakan pencetusnya adalah alergi). Mereka pun akhirnya melakukan doctor shopping (gonta-ganti dokter). Toh, itu terkadang bukan solusi terbaik. Apalagi bila dokter yang dikunjungi malah meresepkan antibiotik. Seperti dikatakan Darmawan "Apa yang terjadi di atas adalah sindrom teh botol. Iklan teh botol kan bunyinya, apa pun makannya, minumnya teh botol. Begitu juga dengan contoh di atas, apa pun penyakitnya, obatnya adalah antibiotik."

Padahal untuk mengobati batuk-pilek, tidak perlu sampai gonta-ganti dokter apalagi sampai mengonsumsi antibiotika. Obatnya mudah kok, yaknisekali lagimeningkatkan daya tahan tubuh anak dengan cara memberinya asupan yang bergizi, perbanyak minum dan istirahat yang cukup serta tentu hindari pencetus.

ANEKA PENCETUS ALERGI
Menurut Darmawan, faktor pencetus alergi terbagi tiga, yaitu lingkungan, makanan, dan hal lainnya. Berikut beberapa contohnya:
* Lingkungan.
1. Debu rumah dan tungau. Biasa terdapat pada karpet bulu, boneka bulu, gorden, tumpukan koran/majalah/buku.
2. Kapuk pada kasur, bantal, guling, boneka.
3. Asap, bisa karena asap rokok, asap dari dapur, obat nyamuk, sampah, dan kendaraan bermotor.
4. Rontokan bulu binatang.
5. Renovasi rumah; debu bangunan, semen, hingga bahan kimia lainnya, seperti pada cat.
* Makanan.
1. Makanan/minuman dingin.
2. Permen dengan segala variasinya.
3. Cokelat dan segala olahannya
4. Aneka bahan penyedap rasa buatan.
5. Gorengan.
6. Kacang dengan segala olahannya.

* Hal-hal lain:
1. Infeksi respiratorik akut; flu/batuk-pilek-demam.
2. Kelelahan atau stres baik fisik maupun psikis.
3. Aktivitas fisik berlebihan seperti berlarian, teriak-teriak, menangis, tertawa berlebihan.
4. Perubahan musim atau pancaroba.

CIRI ALERGI
* Ciri khas batuk-pilek alergi: batuk "membandel"/susah sembuh, timbul berulang dalam rentang waktu yang pendek.
* Rentang waktu penyembuhan: lebih dari dua minggu.
* Pengobatan: hindari pencetusnya sebisa mungkin maka anak akan sembuh dengan sendirinya. Bahkan bila berhasil menghindarinya 100% batuk-pilek si kecil tidak akan kambuh lagi.
* Catatan: Bisa saja pada awalnya anak terkena batuk pilek yang disebabkan infeksi (ada virus/bakteri/jasad renik lain yang masuk ke dalam tubuhnya), namun bila dalam 3 hari tidak sembuh maka sumber utamanya adalah alergi.

WASPADAI ASMA
Untuk lebih meyakinkan apakah benar si kecil memiliki bakat alergi, lakukan investigasi sederhana yakni dengan merunut siapa dari kedua keluarga kita yang memiliki riwayat alergi. Ini berarti termasuk melihat riwayat kesehatan paman, bibi, hingga kakek-nenek. "Jika ada, kemungkinan anak kita memang benar mempunyai alergi dan itu berarti berisiko besar sebagai pengidap asma," kata Darmawan.

Ciri-ciri anak pengidap asma adalah: sesak napas/ mengeluarkan bunyi mengi, batuk malam hari yang mengganggu tidur padahal siangnya "normal", kadang batuk disertai muntah (terutama pada anak balita), terjadi batuk pasca beraktivitas yang melelahkan serta gejala bisa membaik tanpa atau dengan obat. Gejala-gejala ini sering disalahartikan sebagai vlek paru karena foto rontgen kerap menunjukkan gambaran vlek pada paru-parunya. Padahal, jelas Darmawan, hasil foto rontgen tidak bisa dipercaya 100%. "TBC pada anak hanya bisa dibuktikan dengan tes Mantoux. Batuk yang sering dan lama pada anak tidak bisa disamakan dengan orang dewasa. Pada orang dewasa, batuk lama bisa jadi TBC. Tapi pada anak-anak, kemungkinan besar adalah alergi alias batuk asma."

Satu-satunya penanganan asma yang efektif adalah dengan mengendalikannya. Jangan lupa, asma merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Kalaupun ada obat hanya sebatas sebagai pereda dan pengendali. Lantaran itu, penderita asma mesti melakukan pola hidup yang benar, Kembali pada makan makanan yang sehat, minum cukup, olahraga teratur, dan hindari pencetus.