Jika banyak orang tua memberi anaknya jus wortel, karena menganggap wortel mengandung vitamin A yang baik untuk kesehatan mata, hal itu dibenarkan dr. Nani Hidayanti Widodo, Sp.M , dari RS Harapan Kita, Jakarta. Ia pun mengingatkan bahwa penglihatan anak berkembang sampai usia 10 tahun. "Nah, di usia ini orang tua sebaiknya mewaspadai dan mengantisipasi apakah ada kelainan mata yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan di kemudian hari."
Dikatakan pula oleh Amy L. Rice, Ph.D , Direktur Program Vitamin A dari Helen Keller International, "Sampai di usia itu, banyak anak mengalami defisiensi vitamin A. Sekitar 50 persen anak di Indonesia tidak mengonsumsi vitamin A dengan cukup dari makanannya sehari-hari, sehingga berisiko kekurangan. Di Indonesia sendiri ada sekitar 10 juta anak yang mengalami defisiensi vitamin A."
Ia lalu menekankan pentingnya vitamin A bagi kesehatan. Kekurangan vitamin ini akan mengganggu fungsi imunitas tubuh; anak jadi rentan terhadap penyakit-penyakit infeksi sehingga berisiko terkena beberapa penyakit. Sakitnya pun akan lebih berat dibanding jika anak tidak kekurangan vitamin A.
Selain itu, defisiensi vitamin A akan mengganggu pertumbuhan dan menimbulkan gangguan penglihatan seperti buta senja dan xeroftalmia atau kekeringan pada selaput dan kornea mata. Tingkat kekurangan vitamin A pada seorang anak dapat dilihat dan diketahui lewat pemeriksaan darah. Lalu, secara fungsional, seorang anak bisa dinyatakan kekurangan vitamin A bila terdapat gangguan pada fungsi penglihatannya.
RABUN AYAM/NIGHT BLINDNESS
Gangguan mata ringan ini, menurut Nani, terutama sekali terjadi pada anak dengan status gizi kurang. Adanya rabun ayam/rabun senja dapat dilihat pada anak-anak usia 2-3 tahun atau usia dia dapat berjalan. Gejalanya bisa diketahui dan akan tampak menjelang sore hari, dimana anak sering nabrak-nabrak, benda di hadapannya kalau berjalan, atau tidak fokus dalam mengambil sesuatu. Pendek kata, matanya tak bisa beradaptasi dalam gelap atau tempat yang kurang terang, terutama menjelang senja.
Rabun senja dapat disembuhkan dalam waktu 2 minggu dengan pemberian vitamin A yang benar. Bila tidak diobati segera, kondisinya akan menjadi lebih parah dan waktu penyembuhannya juga lebih lama.
XEROFTALMIA
Kelainan atau gangguan mata ini, dari tingkatnya yang ringan sampai berat, sering ditemui pada anak usia balita. Sedangkan, pada bayi atau anak usia di bawah 1 tahun, gangguan ini jarang terjadi. "Penyebabnya, bayi masih mendapatkan asupan vitamin A dari ASI," ujar Nani.
Jika kemudian asupan makanannya kurang atau muncul kerusakan mukosa usus, maka penyerapan zat-zat makanannya termasuk vitamin A juga kurang. Ini pun dapat menyebabkan defisiensi vitamin A pada anak.
Gangguan mata xeroftalmia tidak harus selalu terjadi secara berurutan. Bisa saja pada seorang anak gangguan xeroftalmia ditemukan sudah pada stadium 3. Hal ini tergantung pada seberapa besar defisiensi vitamin A yang dialami. Umumnya, bila berat maka kondisi kesehatan anak pun sangat buruk. Jadi, parah-tidaknya kelainan ini amat tergantung pada kondisi anak yang bersangkutan.
* Xerosis konjungtiva
Konjungtiva atau selaput lendir mata atau bagian putih mata merupakan pelindung bola mata. Seharusnya, pada mata yang sehat, selaput lendir ini tampak bening, tidak merah, tidak berlendir dan transparan.
Jika mengalami gangguan, warna mata anak akan berubah menjadi keabu-abuan, mata tampak kering, kusam dan tak lagi berkilau. Juga mulai timbul kekeringan pada bagian luar mata. Kelainan ini dapat diketahui dengan pemeriksaan sederhana, menggunakan senter dan kaca pembesar. Di tempat prakter dokter mata, pasien akan diperiksa degan alat yang disebut biomikroskop.
Pada stadium awal, gejalanya ada yang disertai bercak (Bitot spot) dan tidak. Bercak yang tampak terutama di celah mata sisi luar atau di pinggir kornea (daerah limbus), yaitu suatu bintik seperti busa sabun, yang terdiri atas sel-sel keratin (sel tanduk).
Stadium ini bisa diobati dengan pemberian kapsul vitamin A. Mata akan membaik dalam 2-3 hari dan kelainan akan menghilang dalam waktu dua minggu. Selain itu, untuk membantunya akan diberikan pula tetesan air mata buatan agar matanya tidak kering.
* Xerosis kornea
Bila kondisi anak tak bagus karena defisiensi vitamin A yang membuat imunitasnya menurun, maka proses kerusakan yang terjadi pada mata pun akan semakin cepat terjadi. Kekeringan pada konjungtiva atau selaput lendirnya bisa berlanjut sampai ke kornea atau bagian hitam mata.
Kornea adalah jalan masuk cahaya ke dalam bola mata (retina) sehingga kita dapat melihat. Pada stadium dua ini kornea tampak kering dan kasar, serta penglihatan anak pun terganggu. Bila dilakukan pengobatan dengan pemberian vitamin A, kornea diharapkan membaik setelah sebulan.
* Keratomalasia
Pada stadium tiga, kerusakan yang terjadi lebih parah lagi. Di kornea itu sudah muncul ulkus atau borok. Ukurannya bisa kecil atau hanya mengenai kurang dari 1/3 bagian kornea mata dan bisa juga besar sampai mengenai daerah permukaannya. Yang paling parah, bila kornea sudah mencair. Kerusakan mata seperti ini sudah permanen sifatnya. Anak akan mengalami kebutaan dan tak bisa disembuhkan.
* Xeroftalmia Scars
Pada gangguan stadium akhir, kornea mata tampak menjadi putih. Bola mata juga tampak mengempis. Jaringan parut yang ditinggalkan akibat kerusakan itu akan menghalangi penglihatan anak. Ia tak bisa melihat lagi atau buta. Kerusakan yang terjadi pun permanen, tak bisa diperbaiki.
ANAK BERKACAMATA
Jangan salah, lo, pemakaian kacamata pada anak bukanlah akibat defisiensi vitamin A tapi gangguan pembelokan berkas cahaya. Jadi, salah kaprah bila konsumsi bahan makanan yang mengandung banyak vitamin A dilakukan untuk mengurangi ukuran lensa kacamatanya. Mengapa?
Menurut Nani, salah satu fungsi vitamin A itu, kan, membentuk pigmen-pigmen yang sensitif terhadap cahaya pada sel-sel batang di serabut retina atau selaput jala. Retina merupakan lapisan mata yang paling dalam. Gunanya menangkap cahaya yang masuk sehingga kita bisa melihat dalam keadaan terang maupun kurang terang. Nah, jika anak kekurangan vitamin A, maka pigmen-pigmen tadi tidak terbentuk. Akibatnya, anak tak bisa melihat pada kondisi kurang cahaya.
Sedangkan, gangguan refraksi (pembelokan berkas cahaya) lebih dikarenakan adanya kelainan anatomi dari organ matanya yang berubah. Gangguan tersebut antara lain miop (rabun jauh) dan hypermetropia (rabun dekat). Biasanya "bakat" ini sudah ada dari kecil, dan akan bertahan terus sampai besar nanti.
Salah satu penyebab miop adalah sumbu bola mata yang panjang. Kalau sumbu bola matanya termasuk pendek, maka yang terjadi adalah hipermetrop. Ada lagi gangguan pada organ penglihatan, yaitu astigmat (silinder) yang disebabkan kelengkungan kornea yang tidak normal. Kebiasaan nonton teve atau duduk berlama-lama di depan layar komputer bisa membuatnya bertambah parah. Gangguan refraksi bisa dikoreksi dengan menggunakan kacamata, lensa kontak dan sebagainya tergantung penyebab.
UPAYA PENCEGAHAN
Kembali Amy menandaskan pentingnya pemberian vitamin A pada balita, "Tanpa vitamin yang cukup, maka metabolisme tak berjalan baik." Hal ini bahkan bisa berakhir dengan kematian. Tak heran bila pemerintah pun beberapa kali mengadakan program intervensi berupa pemberian gratis kapsul vitamin A di bulan Februari dan Agustus.
Nani menambahkan, "Pencegahan defisiensi vitamin A sudah bisa dilakukan pada bayi saat usianya 6 bulan. Di usia ini, anak sudah perlu asupan gizi di samping ASI." Kapsul vitamin A warna biru diberikan kepada anak usia 6-11 bulan, sedangkan anak balita diberi kapsul vitamin A berwarna merah. Jadi, selain untuk meningkatkan kesehatan mata, intervensi ini pun dimaksudkan untuk menurunkan tingkat kematian anak. Oleh karena itu, orang tua harus paham tentang gizi dan memperhatikan kebutuhan gizi anak karena anak belum dapat memilih makanan yang baik untuk dirinya.