Pada saat ini, dengan keadaan yang serba sibuk dan mobile, penggunaan komunikasi nirkabel, atau handphone sudah sangat umum digunakan. Hampir 90 % penduduk di Jakarta pasti sudah memiliki peralatan komunikasi ini. Dari kalangan menengah ke bawah hingga kalangan menengah ke atas, cukup rutin menggunakan handphone, baik untuk sarana komunikasi, pekerjaan, sosial, maupun menukar data yang sekarang bisa digunakan sebagai sarana internet.
Sejak penggunaanya yang semakin umum, ketakutan masyarakat akan terjadinya efek samping atau gangguan kesehatan akibat penggunaan telepon genggam ini semakin ditakuti. Pada beberapa kasus gangguan pendengaran pada pasien seringkali disangkut- pautkan akibat penggunaan handphone yang terlalu sering. Apakah sebenarnya ada hubungan antara penggunaan handphone dengan gangguan pendengaran. Beberapa peneliti di Jepang mengadakan penelitian mengenai hal ini, mereka meneliti beberapa subyek yang menggunakan handphone dan hubungannya dengan acoustic neuroma.
Apa itu acoustic neuroma, acoustic neuroma adalah tumor jinak pada pembungkus sel saraf khususnya sel saraf pendengaran, tumor ini tumbuhnya lambat dan gejala-gejala yang biasanya hanya terbatas pada satu sisi telinga yang diikuti dengan gejala pusing dan berdenging. Tumor ini biasa ditemukan pada pasien-pasien dengan usia di atas 50 tahun atau lebih, tetapi karena akhir-akhir ini ditemukan pada pasien dengan usia dibawah 40 tahun dan sering terdapat pada Negara-negara industri dan Negara berkembang. Hal ini masih dipertanyakan apakah disebabkan oleh maraknya penggunaan telepon nirkabel pada Negara-negara berkembang atau seiring dengan meningkatanya teknologi di bidang kesehatan dan bertambah canggihnya alat diagnostik sehingga timbulnya insidensi penyakit ini semakin banyak.
Karena radiasi ion menyebabkan timbulnya gangguan genetic pada tingkat DNA maka, radiasi elektromagnetik dicurigai dalam timbulnya tumor pada sistem pendengaran, hal ini semakin didukung dari penelitian yang dilakukan Repachaoli et al. yang melaporkan bahwa terdapat resiko yang meningkat pada eksperimen yang dilakukan pada tikus dengan memberikan radiasi elektromagnetik sebesar 900 Mhz 1 jam tiap harinya, selama 18 bulan, tetapi penelitian ini masih menjadi debat diantara para ahli akan efeknya pada manusia. Sudah banyak penelitian pada manusia yang membuktikan bahwa radiasi elektromagnetik yang dipancarkan handphone, walaupun dapat menembus barier tengkorak kepala, tetapi belum dapat mengubah susunan materi protein hingga tahap DNA.
Sebelum penelitian di Jepang diadakan, sebelumnya sudah ada penelitian epidemiologi (penelitian berdasarkan insidensi) sebelumnya yang menunjukan bahwa terdapat peningkatan prevalensi acoustic neuroma pada populasi yang tinggi menggunakan handphone.
Pada penelitian di Jepang, dengan menggunakan case control study, dengan tujuan untuk meneliti relasi antara penggunaan handphone dengan acoustic neuroma dengan hasil tidak ada peningkatan signifikan antara penggunaan handphone di Jepang dengan Acoustic Neuroma.