Siapa bilang melahirkan caesar lebih enak? Mungkin para Bapak. Mereka merasa diuntungkan, karena kondisi kewanitaan sang istri tidak berubah. Operasi caesar yaitu suatu tindakan melahirkan bayi melalui perut. Dengan kata lain proses melahirkan bayi ini tidak melalui jalan lahir biasa (vagina)."Tetapi, ini harus dilakukan berdasarkan adanya indikasi medis," tegas Dr.H. Boyke Dian Nugraha.
Indikasi medis menunjukkan adanya kelainan, baik pada ibu ataupun janin. Seperti kita tahu, dalam proses persalinan ada tiga faktor penentu yang dikenal dengan istilah 3P. Yang pertama power, yaitu tenaga mengejan atau kontraksi otot dinding perut rahim. Kemudian passage keadaan jalan lahir. Dan, passanger, yakni si janin yang hendak dikeluarkan.
Kelainan power yang berakibat pada dilakukannya operasi caesar yaitu, keadaan ibu berpenyakit jantung atau asma yang akut, daya mengejan lemah, dan beberapa penyakit menahun lain yang mempengaruhi tenaga.
Kelainan passage biasanya timbul karena sempitnya panggul, tertutupnya jalan lahir oleh plasenta, atau terdapat infeksi di jalan lahir sehingga dikhawatirkan akan menular ke anak, misalnya herpes kelamin. Kelainan passanger karena bayi dengan berat lahir besar (lebih dari 4 kg), bayi sungsang untuk kelahiran pertama, atau diduga janin dengan keadaan denyut nadi kacau dan melemah.
Saat ini operasi caesar dianggap mampu menyelamatkan bayi-bayi yang tidak bisa lahir lewat persalinan normal. Misalnya saja, bayi prematur yang mengalami gangguan pernapasan.
KEMAJUAN TEKNIK CAESAR
Kemajuan di bidang ilmu kedokteran membawa kemajuan pula pada tindakan caesar. Buktinya, saat ini operasi caesar bisa dilakukan untuk empat kali kelahiran. Padahal dulu hanya bisa untuk tiga kali saja.
Arah sayatan pun berkembang. Dulu hanya dikenal teknik operasi klasik (corpora) dengan sayatan membujur dari bawah pusar ke arah tulang kemaluan. Sekarang sayatan trans profunda lebih banyak digunakan. Yang dimaksud dengan cara terakhir ini adalah sayatan dilakukan melintang dari kiri ke kanan di atas tulang kemaluan. Cara ini dinilai dari segi estetika jauh lebih baik.
Tak cuma sekitar itu, anestesi yang diberikan pun kini tidak menyeluruh. Dikenal dengan anestesi epidural yang hanya digunakan sebagian. Jadi, dari bagian pinggang ke bawah yang diberikan anestesi, sementara dari bagian pinggang ke atas tidak. Dengan demikian si ibu masih tetap sadar. Sehingga bisa menyaksikan para dokter yang tengah mengoperasi dirinya. Bahkan, jika memungkinkan masih bisa mengobrol dengan pasangan yang menemani. Kemudian mendengarkan suara tangis pertama bayinya. Juga bisa menggendong dan memeluknya, sesaat setelah si bayi dikeluarkan.
Usai operasi yang hanya berlangsung 45 menit - 1,5 jam, si ibu tidak harus puasa 24 jam. "Boleh saja minum, asal jangan bangun dari tempat tidur," ujar Dr. Boyke. Dulu obat yang diberikan saat anestesi bisa menimbulkan mual pada si ibu karena bau yang tidak sedap. Bahkan, mual ini akan tetap terasa sampai pasca operasi. Sehingga menimbulkan hilangnya nafsu makan. Sekarang hal itu tidak mungkin terjadi karena langsung disuntikkan ke pembuluh darah.
TERLALU BERLEBIHAN
Sayangnya, banyak wanita yang takut melahirkan secara normal. Lantas, memilih melahirkan dengan operasi caesar tanpa indikasi medis. "Ini tindakan yang sangat berlebihan. Karena meski bagaimana melahirkan normal sejak dulu adalah peristiwa fisiologis, alamiah, yang tentu saja jauh lebih baik dari persalinan lewat operasi," kata Dr. Boyke.
Proses persalinan, dimulai dengan mulas, pembukaan jalan lahir, turunnya janin ke panggul, sampai pada kontraksi adalah sesuatu yang tidak perlu ditakutkan. Apalagi jika alasan si istri melakukan operasi caesar, karena sayang suami. Maklum, kondisi jalan lahir (vagina) akan tetap terjaga. "Padahal, kalau setelah melahirkan normal si ibu rajin merawat, misalnya dengan senam seks, maka tidak ada perbedaan antara vagina yang pernah dilewati kepala bayi atau belum," jelas dr. Boyke.
Dan untuk diketahui para ibu, bahwa secara medis organ-organ reproduksi itu bisa pulih dalam waktu enam minggu atau 40 hari setelah melahirkan. Jadi, sangatlah tidak tepat jika memilih caesar karena alasan demi memberi yang terbaik buat suami. Kecuali itu, dengan operasi caesar jalan lahir si ibu menjadi kurang teruji karena tidak dilewati oleh janin. Dan pengerutan rahim seusai operasi tidak terjadi secara optimal.
Yang mengherankan saat ini ada dokter yang bersedia memenuhi keinginan si ibu untuk operasi caesar kendati tanpa indikasi medis. Alasan pasien biasanya macam-macam. Misalnya, melahirkan sesuai dengan tanggal yang diinginkan karena perhitungan peruntungan, dan sebagainya.
LEBIH MAHAL
Dari segi biaya, operasi caesar jelas jauh lebih mahal. Minimal dua kali lipat dari persalinan normal. Pada masa krismon seperti sekarang, jelas merupakan pilihan yang berat. Selain itu, caesar meninggalkan luka parut di perut. Maka, kehamilan berikutnya disarankan untuk berjarak sekitar 2 tahun. Kemudian jumlah anak pun menjadi terbatas karena parut luka di rahim akan membatasi jumlah operasi. "Hanya tiga anak yang bisa dilahirkan lewat caesar, karena kondisi rahim yang mudah robek," terang Dr. Boyke, yang lebih suka menghadapi kelahiran normal.
Pasca pemulihan kelahiran caesar memakan waktu lebih lama dari kelahiran normal. Bahkan ibu berpeluang mendapatkan infeksi pasca lahir juga perdarahan. Dan yang perlu diingat oleh para ibu adalah setiap tindakan operasi sekecil apa pun selalu ada risikonya. Begitu juga dengan caesar. Pembedahan pada rongga perut akan mengakibatkan perlekatan antar organ dalam rongga perut. Itulah yang menjadi alasan mengapa perlu waktu lebih lama untuk kehamilan berikutnya.
MERUGIKAN JANIN
Operasi caesar memang menguntungkan jika dilakukan dengan alasan yang tepat, seperti yang telah diuraikan di atas. Tetapi, menjadi sia-sia jika tanpa alasan medis. Tentu karena operasi ini menguras dana yang tidak sedikit. Yang mungkin lebih baik jika dana ini dialihkan untuk keperluan yang lain.
Kecuali itu, operasi ini pun merugikan janin jika terjadi hal-hal yang tidak diharapkan. Misalnya saja terjadi waktu operasi yang terlalu lama. Akibatnya, anestesi yang semula hanya ditujukan buat si ibu, bisa mempengaruhi janin. Sehingga bayi yang dilahirkan tidak langsung menangis. Kelambatan menangis ini bisa menyebabkan kelainan hemodinamika. Begitu juga saat pengeluaran air ketuban di saluran napas. Pada persalinan normal, karena bayi melewati jalan lahir yang sempit sehingga sisa cairan terperas keluar. Tidak demikian halnya pada persalinan caesar.
Kondisi-kondisi tersebut tentu akan berpengaruh pada skor apgar, yaitu penilaian terhadap kemampuan adaptasi bayi dengan lingkungan barunya. Nah, kini Anda sudah tahu untung ruginya. Dan pada akhirnya hanya Anda yang tahu yang terbaik buat diri sendiri dan si buah hati.