Anak Laki-Laki Kencing Jongkok Tanda Kelainan Hipospadia

Anal laki-laki anda lebih suka pipis sambil jongkok? Jangan-jangan, alat kelaminnya bermasalah. Pernah mendengar cerita tentang seorang pria yang hampir separuh hidupnya “divonis” sebagai seorang wanita? Penyebabnya, karena ia menderita kelainan bawaan yang disebut hipospadia. Setelah dioperasi, barulah ia kembali menjadi “pria tulen”.

Menurut dokter spesialis bedah saluran kemih (urologi) dari RS Premier Bintaro, dr. Gideon FP Tampubolon, Sp.U, hipospadia  merupakan kelainan abnormal dari perkembangan saluran kencing (uretra) pria, di mana lubang kencing terletak di bagian bawah dari batang penis. Normalnya, lubang kencing berada di ujung depan batang penis. Di Amerika Serikat, angka kejadian hipospadia adalah 1:300. Jadi, dari 300 kelahiran anak laki-laki, satu di antaranya menderita hipospadia. Sementara di Indonesia belum diketahui angka pastinya. Yang jelas, pada anak yang menderita hipospadia, 20 persen kemungkinan anggota keluarganya yang lain juga menderita hipospadia.

Jika biasanya penis lurus, maka pada penderita hipospadia, batang penis cenderung membengkok (curved) akibat adanya semacam jaringan ikat (chordee) yang membuat batang penis tertarik dan bengkok. Pada orang dewasa, penderita hipospadia dapat mengeluhkan kesulitan mengarahkan pancaran urin.
Hipospadia sebetulnya juga bisa terjadi pada wanita. Di mana posisi lubang kencing berada di bawah posisi yang seharusnya. Yang membedakan, gejala hipospadia pada wanita tidak begitu terasa. Sementara, hipospadia pada pria bisa memunculkan persoalan yang sangat bermakna. Lubang kencing yang berada di bawah batang penis akan membuat penderita kesulitan untuk berkemih secara normal.

Akibatnya, laki-laki penderita hipospadia lebih senang kencing dalam posisi duduk seperti perempuan. Pada anak-anak, ini akan menimbulkan masalah, karena anak bisa menjadi bahan olok-olok teman-temannya. Masalah lainnya adalah penderita hipospadia akan kesulitan melakukan hubungan seksual secara normal.

Periksa Setelah Lahir
Penyebab hipospadia tidak diketahui secara pasti. Beberapa penyebab antara lain faktor genetik, endokrin, dan faktor lingkungan. Salah satu dugaan penyebabnya adalah konsumsi hormon estrogen pada saat hamil. Penelitian menunjukkan, pada ibu-ibu yang diberi hormon estrogen pada saat hamil (untuk kondisi tertentu), angka kejadian hipospadia-nya ternyata meningkat. Bisa juga karena kadar hormon testosteron yang rendah, sehingga pembentukan penis atau alat kelamin pria tidak sempurna. Akibatnya lubang kencing tidak mencapai ke bagian depan batang penis.

Menurut jenisnya, hipospadia pada pria, ada yang ringan sampai berat. Pada hipospadia ringan, lubang kencing biasanya berada sedikit di bawah kepala batang penis. Sementara pada hipospadia yang berat, posisi lubang kencing bisa berada di dekat kantung buah zakar atau bahkan di dekat anus.
Pada kasus hipospadia ekstrem, kantung buah zakar bisa terbelah, sehingga bentuknya seperti labia mayora pada alat kelamin wanita dan penisnya disangka klitoris. “Akibatnya, anak tersebut dikira wanita padahal ia pria. Untuk memastikan jenis kelamin, harus dilakukan pemeriksaan kromosom. Setelah itu barulah Si Anak dioperasi, apakah jadi seorang pria atau wanita,” lanjut Gideon.

Hipospadia sulit didiagnosis pada pemeriksaan ultrasound prenatal. “Jika tidak teridentifikasi sebelum kelahiran, maka biasanya dapat diidentifikasi pada pemeriksaan setelah bayi lahir,” jelas Gideon. Untuk mendeteksi hipospadia, seharusnya setiap bayi lahir wajib diperiksa alat kelaminnya. Khususnya pada bayi laki-laki, harus dicek apakah memiliki buah zakar, apakah letak lubang kencingnya berada di bagian ujung depan batang penis, dan sebagainya. “Kadang-kadang ini tidak terdeteksi. Orangtua baru sadar ketika memandikan anaknya dan melihat ada yang tidak beres pada penis Si Kecil,” lanjutnya.

Agar Anak Nyaman
Penanganan hipospadia adalah dengan operasi atau pembedahan. Tujuan pembedahan ada tiga, yang pertama untuk membuat lubang kencing di tempat yang seharusnya yaitu di ujung depan batang penis. Yang kedua untuk meluruskan batang penis yang bengkok. Ini agar pada saat anak menikah kelak, ia bisa berhubungan seksual secara normal. “Kalau batang penisnya bengkok, tentu hubungan seksual yang normal menjadi sulit,” jelas Gideon. Dan tujuan ketiga adalah untuk kosmetik, yaitu agar secara psikologis anak merasa nyaman.

Tujuan kosmetik erat hubungannya dengan timing atau pemilihan waktu operasi. Waktu operasi sebaiknya menunggu anak agak besar. Baiknya sebelum anak sekolah atau usia TK, tapi juga tidak terlalu besar supaya secara psikologis anak tidak terganggu. “Anak-anak, kan, terkadang kencingnya rame-rame. Takutnya, ketika kencing, anak jongkok, sehingga diolok-olok teman-temannya,” jelas Gideon. Di usia ini ukuran penis anak juga sudah cukup besar, sehingga operasi menjadi lebih mudah secara teknis.

Kadang-kadang, dokter juga memberikan obat hormonal untuk memperbesar penis dan memudahkan teknis operasi. Untuk hipospadia ringan terkadang tidak diperlukan operasi. “Sebetulnya, hipospadia tidak mengakibatkan komplikasi lain. Yang terganggu hanya fungsi berkemih,”  lanjutnya.
Operasi biasanya dilakukan sesuai jenis hipospadia. Terkadang, operasi hanya dilakukan dalam satu tahap, tapi bisa juga dua atau tiga tahap. Misalnya, chordee dibersihkan terlebih dahulu, baru kemudian dibuat lubang kencing yang baru. Atau langsung membuat lubang kencing yang baru. Hasilnya sama saja. Faktor penyulit operasi antara lain infeksi karena bekas operasi yang sering kena air kencing. “Penyulit lain, ada kebocoran pada lubang kencing yang baru, sehingga perlu operasi ulang,” ujarnya.

Penyebab Mandul?
Hipospadia kerap dihubungkan dengan kemandulan (infertilitas). Benarkah? Menurut dr. Gideon, yang terjadi bukanlah infertilitas. “Problem pada penderita hipospadia adalah penisnya yang bengkok, sehingga sulit melakukan penetrasi saat berhubungan seks,” jelas Gideon.
Masalah lain, kalau lubang kencing berada di bawah batang penis, maka sperma yang keluar akan menyemprot ke bawah dan tidak masuk ke vagina. Akibatnya tentu proses pembuahan tidak terjadi, sehingga sering disebut mandul. Gideon mengungkapkan, “Oleh karena itu, letak lubang kencing harus dikembalikan ke posisi semestinya, yaitu di ujung depan batang penis.”

Kencing Menetes 
Pada wanita penderita hipospadia, letak lubang kencing yang seharusnya berada di atas vagina, justru berada di dekat vagina atau di dalam vagina. Ini terkadang tidak terdeteksi karena tidak terlalu mengganggu. Kencing juga tetap dengan posisi jongkok. “Salah satu gejalanya,  terkadang air kencing keluar lagi pada saat berdiri habis kencing,” jelas dr. Gideon. “Kalau ada gejala ini, kemungkinan dia menderita hipospadia, meskipun belum tentu juga.”

Untuk mengetahui secara pasti apakah seorang wanita menderita hipospadia atau tidak, tentu butuh pemeriksaan oleh dokter. Biasanya, wanita datang ke dokter ketika merasa ada masalah di lubang kemaluannya. Nah, pas diperiksa, baru diketahui kalau dia menderita hipospadia. “Secara fungsi sebetulnya tidak ada masalah. Jadi, tidak dioperasi juga tidak apa-apa, kecuali pada kasus ekstrem. Misalnya menyebabkan infeksi, sehingga harus dikoreksi dan lubang kencing dikembalikan ke tempat normalnya.”.