Prosedur Proses Operasi Bedah pada Anak-anak

Melda langsung cemas begitu dokter memberi tahu bahwa penyakit anaknya hanya dapat diatasi dengan jalan bedah. Bisa dimaklumi, orangtua mana sih yang tega buah hatinya harus terbaring di meja operasi. Apalagi jika masih di usia bayi. Tak ada jalan lainkah kecuali bedah? Tindakan bedah dilakukan jika pada anak ditemukan kelainan bedah yang disebabkan kelainan bawaan, trauma (rudapaksa), infeksi, dan tumor.

Kelainan dan gangguan tersebut umumnya memiliki kondisi klinis yang perlu mendapat perhatian orangtua, antara lain:

* Muntah
Memang tidak setiap muntah disebabkan oleh kelainan bedah. Namun ada kemungkinan dise-babkan kelainan bedah bila:
- Muntah berwarna hijau yang maknanya muntahan tersebut bercampur cairan empedu.
- Muntah bercampur darah.
- Muntah persisten, artinya muntah terus-menerus yang berakibat pada penurunan atau kegagalan kenaikan berat badan.
- Muntah disertai perut kembung.

* Kembung perut
Kembung perut diartikan sebagai pengumpulan udara berlebihan di dalam perut. Umumnya kembung perut diakibatkan oleh kelainan bedah, bila:
- Disertai sakit/nyeri perut dengan atau tanpa disertai kenaikan suhu tubuh.
- Kembung perut disertai kegagalan flatus (kentut) dan kegagalan defekasi (buang air besar), termasuk defekasi yang hanya berupa darah.
- Kembung perut disertai kombinasi gejala dan tanda-tanda penyerta seperti yang sudah disebut di atas yakni nyeri perut, kenaikan suhu tubuh, muntah hijau/fekal, kegagalan defekasi dan flatus.
Hubungan antara muntah dan kembung perut dengan persangkaan yang disebabkan oleh adanya kelainan bedah tadi dapat terjadi pada pasien bayi baru lahir sampai anak usia remaja. Bila terjadi pada bayi baru lahir, umumnya disebabkan oleh kelainan kongenital/bawaan.

* Tumor
Tumor (massa/tonjolan) dapat terlihat atau teraba di permukaan tubuh atau di dalam perut bayi dan anak. Bisa disertai atau tanpa disertai gejala dan tanda-tanda klinis. Terlalu luas membicarakan tumor karena banyak kemungkinannya. Namun, tonjolan akibat kelainan biasa seperti hidrokel skrotal (kumpulan cairan di dalam kantong kemaluan laki-laki) atau hernia sampai neoplasma (istilah untuk orang awam, daging tumbuh) dan kanker jinak sekalipun tentu patut mendapat perhatian. Bila orangtua melihat atau meraba adanya tumor di tubuh anak sebaiknya segera konsultasikan pada dokter.

SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEDAHAN
Agar dapat dilakukan tindakan pembedahan efektif pada anak, ada kondisi-kondisi tertentu yang harus diperhatikan:
- Pada pembedahan yang direncanakan (jadi bukan merupakan kasus-kasus gawat darurat), maka kondisi anak harus benar-benar sehat. Artinya, anak sedang tidak dalam kondisi demam, batuk pilek, diare, dan tidak menderita penyakit lain seperti morbili, cacar air dan sebagainya.
- Pada pembedahan darurat, pasien dipersiapkan dengan baik dan seoptimal mungkin. Begitu juga kondisi yang menyangkut fungsi-fungsi organ tubuh seperti fungsi pernapasan, fungsi jantung dan sirkulasi darah, suhu tubuh volume darah dan cairan tubuh. Pada saat operasi, fungsi organ-organ itu tidak boleh dalam kondisi defisit. Kadar hemoglobin dan fungsi koagulasi (waktu perdarahan dan pembekuan) pun harus dalam keadaan baik/normal.
Adapun upaya yang dilakukan pascapembedahan adalah pemantauan/pengawasan terhadap fungsi-fungsi vital organ tubuh, terutama kesadaran, fungsi napas, fungsi kardiovaskular, fungsi hati maupun fungsi ginjal. Volume darah dan cairan tubuh, serta nutrisi yang diperlukan pasien juga harus mendapat prioritas perhatian. Yang tak kalah penting, lakukan pemeriksaan berkala hasil pembedahan, apakah sesuai dengan harapan atau tidak. Ataukah terdapat penyulit yang diperhitungkan maupun penyulit yang semula tidak diperhitungkan.

PERSIAPAN MENTAL ORANGTUA
Yang sering terjadi, saat menghadapi kenyataan bahwa anak harus dioperasi biasanya orangtualah yang tidak siap mental. Padahal persiapan mental ini sangat penting. Berikut, bekal kesiapan mental orangtua:
* Orangtua harus berusaha mengerti sejelas-jelasnya permasalahan yang dihadapi anak.
* Mintalah keterangan sejelas-jelasnya dari dokter yang menangani mengenai:
- apa masalahnya,
- alternatif tindakan bedah yang dapat dan yang harus dilakukan,
- apa risiko pembedahan yang mesti diperhitungkan,
- hasil akhir seperti apa yang diharapkan atas tindakan bedah yang dilakukan,
- apa akibatnya kalau pembedahan tidak dilakukan.
* Perlu pendapat 2 atau 3 dokter lain
Jika orangtua meragukan pendapat dokter pertama yang didatangi, sebaiknya cari second opinion (pendapat dokter kedua), bahkan kalau perlu third opinion (pendapat dokter ketiga). Dokter yang profesional pasti akan menerangkan permasalahan bedah yang ditemukan, selain penjelasan mengenai sikap yang harus diambil dan risiko jika dilakukan bedah ataupun tidak.

SEPUTAR MASALAH BIUS
Tindakan bedah yang dilakukan dokter spesialis bedah anak juga menuntut keterlibatan dokter ahli anestesi. Sebelum operasi, biasanya dokter anestesi akan memberikan premedikasi, yakni pemberian obat-obatan penenang. Umumnya dilakukan dengan memasukkan obat tersebut lewat dubur agar anak tidak merasa takut. Sebagai efeknya, anak bisa tenang dan langsung terkantuk-kantuk. Sekitar 10-15 menit kemudian lazimnya barulah dilakukan tindakan anestesi sesuai dengan tindakan bedah yang akan dijalaninya. Andil dari dokter anestesi memungkinkan pasien tidak merasakan sakit, bisa tenang dan kooperatif selama tindak pembedahan sehingga operasi dapat berlangsung aman.

Pemberian anestesi dilakukan dengan pemberian obat bius berupa gas yang dihirup dengan bantuan sungkup yang menutupi bagian hidung dan mulut atau lewat tube yang dimasukkan melalui selang kecil ke dalam saluran napas melewati mulut. Selain itu ada juga yang lewat suntikan melalui pembuluh darah maupun intramuskular (dalam otot).

Jenis anestesi sendiri bermacam-macam. Kalangan awam lebih mengenalnya dengan istilah bius total dan bius lokal. Bius total dilakukan dengan mengondisikan pasien dalam keadaan tidak sadar dan hilangnya seluruh rasa. Sedangkan bius lokal diberikan di tempat akan dilakukannya operasi. Keputusan mengenai jenis mana yang akan dipilih tentu berdasar pertimbangan berat-ringan operasinya dan usia pasien. Selain tergantung dari operatornya sendiri, dalam hal ini dokter spesialis bedah anak.

Pada dasarnya, bius total menggunakan obat tidur yang dapat membuat pasien tertidur, tidak tahu apa-apa, tidak mendengar dan tidak melihat. Ada pula obat antinyeri yang dimaksudkan agar pasien tidak merasakan sakit ataupun nyeri saat dilakukan tindakan. Kandungan lainnya adalah relaksan yang mampu membuat otot-otot pasien lumpuh sewaktu dioperasi.

KEAMANAN PEMBERIAN OBAT BIUS
Pada pasien anak, obat bius yang digunakan sama dengan yang diberikan kepada orang dewasa. Hanya saja dengan dosis pemberian yang berbeda. Seperti obat pada umumnya, obat bius juga memiliki kekurangan, kelebihan, dan risiko menimbulkan alergi, sehingga harus diberikan dengan hati-hati. Umumnya penggunaan obat-obatan anestesi sekarang sudah mengikuti perkembangan terbaru.

Obat-obatan yang digunakan pun rata-rata sudah lebih aman dan memberi hasil yang lebih bagus. Dulu, meski operasi hanya berlangsung satu jam, efek obat biusnya masih memberi reaksi beberapa jam kemudian. Sementara kini durasinya relatif pendek, ada yang hanya 30 atau 40 menit. Dengan demikian, begitu operasi selesai, pasien pun cepat pulih kesadarannya karena efek obatnya sudah hilang. Atau kalau memang masih dibutuhkan bisa ditambahkan lagi pemberiannya namun tetap aman.

PERLU TES ALERGI?
Seperti halnya obat pada umumnya, kemungkinan adanya alergi obat bius bisa saja terjadi. Bentuk alergi yang ringan umumnya berupa gatal dan bentol yang bisa menjadi parah jika bereaksi ke seluruh kulit. Bahkan ada yang sampai syok akibat tekanan darah yang menurun drastis atau tidak dapat bernapas oleh karena saluran napasnya bengkak, bila reaksinya sedemikian berat.

Selama ini, di luar negeri pun belum pernah dilakukan tes alergi obat bius sebelum dilakukan tindakan bedah. Meski mungkin idealnya seperti itu, namun ini cukup sulit dilakukan. Apalagi jika tindakan bedah yang harus dilakukan bersifat darurat. Selain itu, umumnya pasien baru datang pertama kali sehingga belum ada pengalaman alergi obat bius. Jadi, sejauh ini yang biasanya dilakukan hanyalah menanyakannya pada orangtua apakah si anak asma atau pernah mengalami alergi obat. Akan tetapi bila operasi tak bisa dihindari, kalaupun anak memiliki riwayat alergi obat, anestesi akan diberikan dengan memilih obat-obat dan cara yang betul-betul paling aman. Tentu saja kemungkinan risiko bahaya alergi tetap sudah dipikirkan dengan matang.

Jika memang terjadi sesuatu akibat reaksi obat, maka akan dilakukan tindakan sesuai prosedur. Itulah mengapa, pascabedah, dokter akan tetap melakukan pemantauan dengan menjaga kondisi pasien agar tetap dalam keadaan stabil dan normal. Contohnya, tekanan darah dijaga agar tidak naik/turun, pernapasan normal/cukup, tidak merasakan nyeri, dan sebagainya.