Ketika anak Anda demam disertai ruam di wajahnya, segera periksakan ke dokter. Siapa tahu itu bukan campak biasa, melainkan campak Campak Jerman termasuk dalam kelompok penyakit infeksi virus. Penyakit yang dalam bahasa Inggris disebut German Measles dan secara medis disebut Rubella ini merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus rubella.
Pada umumnya, menurut dr. Triana Darmayanti Akbar, Sp.A. dari RS Jakarta, virus rubella lebih mudah hidup di negara-negara yang memiliki empat musim dan lebih sering terjadi pada akhir musim dingin hingga awal musim semi. Gejalanya hampir sama dengan campak pada umumnya, yakni disertai demam dan ruam atau bercak merah pada kulit. Contoh lain dari penyakit dalam kelompok ini adalah campak (Measles atau Morbili) dan eksantema subitum. Namun virus penyebab campak Jerman berbeda dengan virus penyebab campak dan eksantema subitum, dan penyebaran bercaknya juga agak berbeda.
Bercak Merah
Infeksi virus rubella sering bersifat subklinis atau tidak menunjukkan gejala. Berbeda dengan campak (morbili) yang sering ditemukan pada kasus berat, gejala penyakit campak Jerman biasanya ringan dan ditandai dengan bercak-bercak (ruam) merah yang merata pada bagian kulit atau agak timbul yang menyebar ke seluruh tubuh. Biasanya juga disertai pembesaran kelenjar getah bening dan demam ringan.
Jika bercak merah pada campak biasanya dimulai dari leher dan belakang telinga serta hilang lebih lama, bercak merah pada campak Jerman awalnya muncul di wajah saja dan menyebar ke seluruh tubuh dalam waktu 24 jam, dan umumnya hilang dalam 3 hari. Sementara pembesaran kelenjar getah bening umumnya ditemukan di belakang telinga dan kepala belakang di bagian bawah, tapi dapat juga ditemukan di seluruh tubuh dan hilang antara 5-8 hari.
Pada beberapa kasus dapat ditemukan radang mata yang ditandai oleh kemerahan. Sedangkan gejala nyeri sendi maupun pembengkakan akibat radang jarang terjadi pada anak dan lebih sering ditemukan pada remaja dan orang dewasa, terutama perempuan. Untungnya komplikasi dikarenakan penyakit ini jarang terjadi, misalnya seperti radang otak yang hanya terjadi pada perbandingan kasus 1:5000 dan penurunan jumlah trombosit (1:3000).
Vaksin Sebelum Hamil
Risiko bagi wanita hamil yang mengidap infeksi virus rubella jauh lebih besar. Dari mulai mengalami keguguran, kematian janin (dalam kandungan), kehamilan kosong (blighted ovum) hingga kelainan bawaan (sindrom rubella congenital).
Kelainan bawaan yang biasanya sering ditemukan adalah pada mata (katarak, kelainan retina, bola mata yang kecil, dan glaukoma), pada jantung (kelainan anatomi), pendengaran (tuli), dan saraf (gangguan perilaku, radang otak dan selaputnya serta retardasi mental). Sedangkan pada bayi yang baru lahir akan mengalami gangguan pertumbuhan janin, seperti berat lahir kurang, radang paru-paru, kelainan tulang, pembesaran hati dan limpa, penurunan jumlah trombosit, dan kelainan kulit.
Angka kejadian kelainan bawaan ini ternyata sangat tinggi, lho. Pada wanita hamil yang mengidap infeksi virus rubella, kelainan bisa mencapai 85 persen dalam 12 minggu pertama kehamilannya, 54 persen pada usia kehamilan 13-16 minggu, dan 25 persen pada akhir trimester kedua kehamilan. Oleh karena itu, sebelum menikah dan memutuskan punya anak (paling tidak tiga bulan sebelum kehamilan), ada baiknya para wanita melakukan vaksinasi rubella dan tes darah di laboratorium. Selain itu, selama hamil, para ibu hamil wajib menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggalnya, serta rajin memonitor perkembangan janin dalam kandungannya.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Sesuai dengan data yang dikeluarkan RS Sulianti Saroso, Jakarta, pemeriksaan Anti-Rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, sangat dianjurkan untuk divaksinasi. Sementara pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM akan sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan di bawah 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.
Tentang Virus Rubella
Virus rubella seringkali disandingkan dengan tiga virus lainnya yang biasa disebut TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalo Virus, dan Herpes). Keberadaan virus dan parasit ini berasal dari hewan yang berada di sekitar kita, seperti ayam, kucing, burung, tikus, merpati, kambing, sapi, anjing, babi, dan lain-lain. Meskipun tidak secara langsung menjangkiti manusia, virus ini bisa “datang” melalui perantara (tidak langsung), misalnya sayuran, daging setengah matang, udara, dan lain sebagainya.
Rubella adalah salah satu golongan virus yang dapat menginfeksi janin dalam kandungan. Efek yang ditimbulkan sama dengan toxoplasma, tapi pada rubella dapat menyebabkan katarak bawaan (jika ibu terinfeksi virus rubella). Virus rubella yang juga salah satu faktor penyebab campak Jerman, juga bisa menimbulkan kerusakan otak atau pengapuran pada otak, bibir sumbing, tuna rungu dan sulit bicara. Maka, ketika anak Anda mengeluh matanya sakit, jangan segera menyimpulkan ini dikarenakan anak terlalu sering menonton televisi. Sebab bisa saja kebutaan disebabkan oleh infeksi TORCH.
Selain menghindari kontak dengan penderita TORCH, salah satu cara menghindari virus dan parasit ini adalah dengan menggunakan sarung tangan setiap kali Anda membersihkan kotoran binatang peliharaan dan selalu menjaga kebersihan tangan sebelum makan. Juga, menghindari makanan yang dimasak setengah matang atau half-cooked. Jadi, ketika mengolah makanan, usahakan suhu minimal 70 derajat Celsius selama 10 menit agar virus rubella bisa mati.
Atasi dengan Imunisasi MMR
Campak Jerman pada anak tidak memerlukan perawatan khusus dan dapat sembuh secara spontan (swa-sirna). Pada umumnya, pasien cukup dirawat di rumah dan hanya membutuhkan obat demam jika suhu badannya sangat tinggi. Pasien juga bisa tetap mandi seperti biasa. Dan yang terpenting, pasien harus mengupayakan istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi agar daya tahan tubuhnya tetap terjaga baik sehingga dapat melawan infeksi virusnya.
Namun meski mudah disembuhkan, campak Jerman ternyata bisa menular antarmanusia secara langsung atau melalui percikan cairan tenggorok dari pengidap. Apalagi proses penularan (virus rubella) biasanya terjadi beberapa hari sebelum dan seminggu setelah ruam muncul.
Oleh karena itu, kalau anak Anda menderita campak Jerman, usahakan agar anak tidak masuk sekolah hingga tujuh hari terhitung sejak awal munculnya bercak agar tidak menularkan penyakit ini terhadap orang lain.
Bayi yang terlahir dengan rubella congenital juga berisiko tinggi menulari orang di sekitarnya sampai dengan bayi berusia satu tahun. Yang harus diwaspadai adalah betapa mudahnya ibu hamil dan bayi atau anak-anak tertular penyakit ini. Maka, sekali lagi, ketika Anda mengetahui terdapat orang yang sedang menderita campak Jerman, bayi dan anak-anak serta ibu hamil diupayakan untuk tidak kontak langsung dengan penderita. Ingat, virus ini mudah sekali menyebar melalui kontaminasi dari udara dan makanan.
Risiko terkena penyakit campak jerman bisa dihindari dan dikurangi. Salah satunya dengan imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella). Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan agar pemberian imunisasi MMR diberikan pada anak di usia 15 bulan dan diulang kemudian pada usia 5-7 tahun.