Leane mengingatkan pentingnya sarapan sebagai makanan pertama yang masuk ke dalam perut setelah sepanjang malam tidur. Makanan inilah yang kemudian diandalkan sebagai cadangan energi untuk kelangsungan aktivitas anak di rumah atau di sekolah. "Sarapan memasok kebutuhan energi cukup besar ke dalam tubuh, sekitar 35 persen. Kalau pola makannya empat kali sehari, maka sarapan memasok 25% kebutuhan energi."
Sarapan juga berperan melindungi tubuh terhadap dampak negatif kondisi perut kosong selama berjam-jam. Coba deh hitung, kala bangun tidur lambung anak sudah kosong selama sekitar 10 jam. Nah, kosongnya lambung inilah yang membuat kadar gula darah dalam tubuh anak akan turun drastis. Soalnya, kadar gula darah hanya mampu bertahan hingga 2 jam. Setelah itu, yang bersangkutan mesti mengisi perutnya kembali agar tubuhnya bisa beraktivitas secara optimal. Jika tidak, maka pasokan energi glukosa bagi otak bisa terganggu. Kalau sudah begini, kemampuan kognisi anak pun akan melemah. Sayang sekali, kan?
Kalau kebiasaan buruk tak sarapan dipertahankan, bukan tidak mungkin anak akan menunjukkan gejala hipoglikemia (rendahnya kadar gula darah). Gejalanya antara lain rendahnya kemampuan berkonsentrasi, cepat lelah, dan mudah mengantuk. Akibatnya, kemampuan anak menangkap pelajaran pun jadi rendah. Akibat lemas, anak jadi cenderung lamban dan tidak kreatif dalam berpikir.
Yang juga memprihatinkan, anak dengan kadar gula darah di bawah normal amat berpeluang mengalami pingsan. Khususnya ketika anak aktif bermain dan bergerak ke sana kemari, berdiri lama saat mengikuti upacara, atau terkena terik sinar matahari. Kadar gula darah yang rendah bisa membuat kesadaran anak menurun drastis hingga akhirnya jatuh pingsan.
TAK GAMPANG SAKIT
Disamping itu, anak-anak di usia ini sedang mengalami pertumbuhan pesat. Jika porsi makanannya tidak sesuai dengan kebutuhan, besar kemungkinan perkembangan anak jadi tidak optimal. Terlebih bila komposisi menu sarapannya tidak mengandung gizi cukup dan seimbang, peluang anak mengalami keterlambatan pertumbuhan jadi semakin besar. Hal ini bisa dilihat dari berat badan dan tinggi badan anak yang tidak ideal sesuai umurnya.
Padahal penurunan berat badan juga akan memperburuk kondisi umum si anak. Anak yang terbiasa lincah dan aktif terlihat lesu dan tak bergairah yang selanjutnya sangat mungkin membuat daya tahan tubuhnya menurun. Jika daya tahan tubuh memburuk, anak akan mudah terinfeksi berbagai penyakit menular seperti batuk-pilek, serta terkena berbagai gangguan kesehatan seperti keracunan.
Kasus keracunan mi kering yang menimpa anak-anak SD di Purbalingga, Jawa Tengah, bisa dijadikan gambaran. Seperti dikutip harian Merdeka, banyak siswa SDN I Karangjambu yang hanya mengalami keluhan ringan, bahkan tidak merasakan keluhan apa-apa. Padahal banyak siswa SD lain yang harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Selidik punya selidik, ternyata siswa SDN I Karangjambu memiliki kebiasaan sarapan sebelum berangkat sekolah. Sementara siswa SD lain justru banyak yang berperut kosong saat menyantap mi tersebut.
HABIS MAKAN NGANTUK?
Namun Leane mengingatkan, lambung anak memiliki daya tampung terbatas. Oleh karenanya asupan makanan yang terlalu banyak juga berdampak kurang baik. Penuhnya lambung justru akan memaksa oksigen dalam tubuh tersedot ke rongga perut untuk mengurai makanan. Tidak heran jika setelah makan kenyang, rasa kantuk akan segera menyergap yang membuat konsentrasinya menurun drastis. Tentu saja kondisi begini tidak baik kala anak harus mengikuti proses belajar-mengajar. Bukan cuma itu. Kekenyangan juga bisa mengganggu aktivitas anak yang cenderung membuatnya jadi lamban karena bergerak sedikit saja akan membuat perutnya sakit.
Pakar gizi dari Universitas Kristen Indonesia ini menegaskan, orang tua semestinya menyusun pola makan yang sehat bagi anak. Jadwalkan waktu makan utama sebanyak 3x dalam sehari, dan di antara waktu-waktu makan tersebut terdapat waktu untuk menikmati makanan selingan. Dengan pola makan yang teratur, fungsi lambung diharapkan bisa optimal. Lambung jadi mampu "membiasakan" diri kapan mesti mengolah makanan dan kapan harus beristirahat.
Itulah sebabnya, jika sudah rutin sarapan jam 7 pagi, maka dekat-dekat waktu tersebut bila belum makan, perut akan lapar minta diisi. Sebetulnya, tukas Leane, pola makan yang baik sudah harus mulai dibina sejak usia bayi. Di usia ini, ibu mesti menyusui bayi pada jam-jam tertentu, ditambah pemberian makanan tambahan ketika saatnya sudah tiba.
Kesalahan lain yang sudah mendarah daging adalah menganggap sarapan cukup sekadarnya sebagai "pengganjal" perut. Tak heran kalau banyak anak yang merasa sudah cukup sarapan dengan minum secangkir teh manis ditemani sepotong pisang goreng. Padahal sarapan sebetulnya adalah waktu makan utama di pagi hari. Dengan demikian pilihan menu maupun porsi dan kualitasnya harus sama dengan menu makan utama di siang dan malam hari. Energi dari sarapan hendaknya mencapai kecukupan 20-25% energi anak per hari atau sekitar 200-300 kalori.
AGAR TAK CEPAT LAPAR
Leane mengingatkan agar orang tua tidak sembarangan saat menyusun menu sarapan bagi sang buah hati. Keseimbangan dan kecukupan gizinya harus diperhatikan. Salah satunya kandungan karbohidrat yang berperan sebagai sumber kalori. Asupan karbohidrat inilah yang bisa diandalkan sebagai sumber energi cadangan dalam bentuk glikogen.
Setelah karbohidrat mengalami pengolahan di lambung, kadar gula darah akan naik. Sayangnya, kenaikan kadar gula darah ini hanya bisa bertahan sekitar 2 jam saja. Tak heran jika hanya karbohidrat yang diutamakan, maka setelah beberapa saat anak merasa kenyang, ia lekas lapar kembali.
Kendati demikian, lama-tidaknya cadangan energi ini tersimpan dalam tubuh dipengaruhi pula oleh beberapa faktor. Salah satunya aktivitas. Semakin berat dan semakin lama seseorang melakukan aktivitas, maka akan semakin banyak pula energi yang harus dikeluarkan. Contohnya, seporsi makan malam mungkin bisa bertahan hingga 10 jam selagi anak tidur. Namun porsi yang sama hanya bertahan beberapa jam saja jika sesudah makan anak lantas asyik main bola.
Menurut Leane, kebutuhan karbohidrat dalam diri anak sekitar 45%-55% dari seluruh kebutuhan kalori. Adapun sumber karbohidrat antara lain tepung-tepungan, seperti beras, gandum, kentang, disamping buah dan sayur mayur. Dengan kata lain, asupan karbohidrat saja tidak cukup sehingga harus disertai asupan protein. Sekitar 50% dari asupan protein yang diubah menjadi gula darah akan mampu bertahan hingga 4 jam. Itu berarti penambahan protein bisa memperlama rasa kenyang dalam diri anak. Sama halnya dengan sayur-sayuran dan buah-buahan yang kaya akan serat. Penguraian zat-zat makanan ini membutuhkan waktu lama, sehingga anak pun jadi tak gampang lapar.
Namun, jangan lupakan lemak yang berfungsi sebagai pelarut vitamin tertentu, pembentuk struktur jaringan, sekaligus sumber energi yang efisien. Rendahnya asupan lemak antara lain dapat menyebabkan kekurangan gizi dan perubahan warna kulit. Meski hanya sedikit saja yang diubah menjadi gula darah, lemak berperan penting dalam memberi cita rasa pada makanan.
Perhatikan juga vitamin dan mineral yang penting untuk membantu kelangsungan pertumbuhan anak dengan menyediakan buah-buahan dan sayuran. Sementara susu maupun produk olahannya merupakan pangan terbaik sebagai pembawa kalsium dalam tubuh. Mineral kalsium sangat penting sebagai dasar pertumbuhan massa tulang dan gigi. Tanpa kebiasaan minum susu yang baik dikhawatirkan kebutuhan kalsium anak tidak akan terpenuhi. Ingat, kalsium tidak hanya dibutuhkan oleh bayi, tapi juga anak-anak, orang dewasa, bahkan orang yang sudah tua sekalipun. Satu liter susu mengandung protein setara 4 butir telur.
SARAPAN INSTAN? BOLEH KOK!
Leane bisa memaklumi keterbatasan waktu orang tua di pagi hari membuat mereka sulit menyediakan menu sarapan bergizi lengkap buatan sendiri. Namun keterbatasan ini hendaknya disiasati dengan menyediakan makanan instan pengganti sarapan yang kini banyak beredar di pasaran. Makanan seperti itu umumnya kaya akan bahan karbohidrat karena ada yang terbuat dari gandum, sereal, beras, jagung dan sejenisnya. Kandungan hidrat arang yang cukup tersebut diyakini mampu mendukung aktivitas anak. Apalagi produk instan semacam ini juga memperhatikan kandungan zat gizi lain seperti protein, lemak, vitamin dan mineral, hingga bisa memenuhi kriteria sarapan bergizi.Hanya saja Leane mengingatkan agar saat membeli, orang tua hendaknya jeli mengamati komposisi bahan makanan tersebut. Apakah sudah terdaftar di Badan Pengawasan Obat dan Makanan, mengandung bahan pengawet dan zat pewarna berbahaya atau tidak, dan sebagainya. Perhatikan juga adakah kandungan yang bisa memicu alergi bila anak memang alergi pada bahan makanan tertentu.
CONTOH SARAPAN SEHAT BERGIZI
Agar anak tak gampang bosan dengan menu yang itu-itu saja, hendaknya orang tua rajin berkreasi membuat variasi hidangan. Keuntungan lain, anak jadi terbiasa dengan aneka menu dan ragam bahan makanan yang berbeda. Jangan lupa takaran porsi, tatanan penyajian, maupun variasi warna dan cita rasa hendaknya disajikan sesuai dengan selera dan kondisi anak. Berikut beberapa contoh sederhana menu sarapan yang direkomendasikan kecukupan gizinya oleh Leane:* Sepiring nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi/ikan/ayam, ditambah irisan sawi, kemudian disajikan bersama secangkir teh manis atau susu.
* Mi goreng/rebus, lengkap dengan daging cincang/ayam suwir, bayam, yang disajikan bersama segelas teh manis atau susu.
* Semangkuk bubur ayam, lengkap dengan telur rebus, ayam suwir, ati ampela goreng, cakue, dan teh manis.
* Roti dua potong, dioles margarin ditambah taburan cokelat atau disisipi sosis/burger. Sajikan bersama jus buah.