Kaitan antara stres dan gangguan kesehatan sudah lama diketahui para ahli. Kelelahan, gangguan konsentrasi, hingga naiknya berat badan merupakan sedikit dari dampak stres. Kini Anda bisa menambahkan satu gangguan lain, yakni naiknya gula darah. Hal itu terjadi karena saat kita stres, tubuh akan melakukan penyesuaian. Usaha penyesuaian tadi akan menyebabkan jantung berdetak lebih cepat, dan napas pendek-pendek. Gula darah pun ikut-ikutan melonjak.
"Di bawah tekanan stres, tubuh kita akan berada dalam mode melawan atau membiarkan sehingga gula darah pun akan naik sebagai bentuk persiapan terhadap kondisi tadi," kata Richard Surwit, PhD, penulis buku The Mind Body Diabetes Revolution. Pada dasarnya hormon stres dalam tubuh kita didesain hanya untuk menghadapi situasi stres yang sifatnya sementara, seperti terjebak macet, menghadapi tes kerja, atau bertemu calon mertua, misalnya. Sayangnya, kebanyakan stres yang kita alami bersifat kronis, alias sudah menetap lama. Sebut saja pekerjaan yang setiap hari menuntut lembur, atau harus merawat orangtua yang sakit.
Akibatnya, hormon stres tadi akan seperti predator karena harus bertahan dalam kurun waktu yang lama. Gula darah pun dipaksa untuk terus-menerus menyesuaikan dengan kondisi ini. Untuk orang yang diabetes, peningkatan gula darah ini merupakan suatu masalah sendiri mengingat mereka tidak bisa memproduksi insulin secara ekstra untuk mempertahankan gula darahnya.
Kabar baiknya, olahraga yang sifatnya relaksasi dan teknik manajemen stres lain bisa membantu kita mengendalikan kadar gula darah. Dalam penelitian yang dilakukan para ahli dari Duke University terhadap 100 pasien gula darah yang mengikuti kelas manajemen stres, diketahui setelah setahun kadar gula darah mereka tetap terjaga dan risiko terkena komplikasi diabetes pun berkurang.
Para responden penelitian tersebut mengikuti kelas manajemen stres yang meliputi relaksasi otot, olah napas, dan belajar memiliki pikiran positif.